weefer – Kala ini, teknologi merupakan bagian dari segala aspek dalam kehidupan manusia. Seperti paradoks yang diketengahkan oleh Entang Wiharso, seorang seniman kelahiran Tegal, bahwa di dunia maya seperti Internet dan media sosial atas data informasi yang membludak tidaklah lagi memiliki kepemilikan, yang dilansir pada laman Salihara. Menurut Entang, dalam dunia nyata, setiap orang bisa menyatakan kepemilikannya terhadap sesuatu karena benda fisik lebih mudah untuk dipagari. Berbeda dengan dunia maya, dimana data pribadi seseorang dapat diakui kepemilikannya oleh lebih dari satu orang.
Penjualan smartphone yang tidak terkontrol karena tuntutan kebutuhan konsumen dari segala kalangan bisa dikatakan sebagai latar belakang dari pendapat di atas. Padahal, dari banyaknya konsumen, hanya segelintir orang yang paham betul akan kegunaan dan mudaratnya.
Yang kebanyakan konsumen pertimbangkan adalah hanya karena kebanyakan orang telah menggunakan smartphone, kemudahan mendapatkan akses, bermain media sosial, dan perangkat pendukung lainnya seperti kamera.
Terlebih lagi dikarenakan banyaknya kemampuan smartphone namun dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau. Akibatnya, konsumen dari kalangan masyarakat awam tidak terkendali dan pemakaian secara serampangan pun tidak dapat dihindari.
Membahas soal penggunaan smartphone oleh konsumen dari kalangan masyarakat awam, mereka harus disadarkan lagi akan pentingnya data yang mereka cantumkan melalui jejaring sosial. Misalnya seperti data pribadi seperti nama, tanggal lahir, alamat, jenjang pendidikan, status pekerjaan, foto pribadi, foto keluarga, dan masih banyak lagi.
Aplikasi jejaring sosial memang menjanjikan keamanan akan data-data yang telah masuk ke dalam sistem mereka, namun tidak dapat dipungkiri bahwa seketat apapun sebuah sistem keamanan akan selalu ada celah bagi seorang hacker untuk memasukinya.
Misalnya seperti kejadian yang sangat menghebohkan datang dari Facebook pada Selasa, 25 September 2018 yang memengaruhi hampir 50 juta data penggunanya. Akibatnya, Facebook mengalami banyak kerugian atas kejadian ini.
Bahkan, iCloud yang digadang-gadang memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi dalam melindungi data penggunanya juga mempunyai celah. Beberapa aktris baik dalam maupun luar negeri pernah menyampaikan kekesalannya karena foto-foto pribadinya tersebar luas akibat dari kebocoran iCloud miliknya.
Karena pentingnya sebuah data, pengguna smartphone harusnya belajar terlebih dahulu mana data yang layak untuk dicantumkan dan mana data yang sebaiknya tidak dicantumkan. Hal ini sangat perlu juga diketahui oleh pengguna jejaring sosial yang kerap kali mengunduhkan puluhan bahkan ratusan selfie pada akun pribadinya.
Karena perlu diketahui bahwa pola wajah memiliki kode-kode unik tertentu yang lebih baik tidak disebarkan begitu saja. Tidak hanya itu, beberapa gadget saat ini juga membutuhkan sidik jari dan sudah ada yang menggunakan pola wajah sebagai kode keamanan. Dengan begitu, sudah seharusnya pengguna lebih waspada dan lebih cermat dalam menggunakannya.