Tiga konsep kuat berikut ini: purpose, potential, dan perspective – dapat menjadi jalan masa depan Human Resource (HR), memberdayakan para leaders untuk re-architect atau membangun ulang pekerjaan agar menghasilkan outcomes dan value yang baru.
2020 menjadi suatu dekade yang mampu menciptakan disruption besar pada sektor ekonomi dan sosial di dunia. Beberapa organisasi atau bisnis bergegas untuk melakukan perubahan agar tetap bisa bertahan akibat gangguan tersebut.
Mereka membuat berbagai penyesuaian pada model dan proses operasional mereka agar bisa tetap kompetitif di dalam landscape yang berubah dengan cepat ini. Tetapi, pandemi tahun 2020 menciptakan disruption yang jauh lebih besar dari apa yang biasa dihadapi organisasi.
Hal ini mengimplikasikan dengan jelas bahwa response tepat waktu saja tidak cukup. Para eksekutif menyadari bahwa perencanaan terukur saja tidak akan kuat dalam menghadapi masa depan yang semakin tak tentu ini. Oleh karena itu, mereka menambah atau bahkan merubah fokus pendekatan mereka menjadi kesiapan atau preparedness.
Kesiapan untuk hal-hal yang tidak terduga sangat bergantung pada penanganan pekerjaan dan tenaga kerja organisasinya. Membangun elemen manusia ke dalam segala hal yang dilakukan organisasi adalah salah satu cara untuk menghadapi disruption ini.
Untuk melakukan ini, kami percaya bahwa organisasi harus memahami tiga atribut — purpose, potential, dan perspective — yang memungkinkan mereka memanusiakan pekerjaan untuk menciptakan value yang kuat bagi pekerja, organisasi, dan masyarakat pada umumnya.
#1 Purpose
Hal ini mendasari organisasi ke dalam seperangkat value yang kuat dan tidak bergantung pada keadaan. Nilai-nilai tersebut terletak di persimpangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan kemanusiaan, berfungsi sebagai tolak ukur untuk menimbang tindakan dan keputusan.
Dalam menghadapi keadaan yang sulit untuk diprediksi dan direncanakan, organisasi yang teguh pada tujuan mereka dapat menanamkan makna khusus ke dalam pekerjaan untuk memobilisasi pekerja agar mencapai tujuan yang selaras dan bermakna.
#2 Potential
Potensial mendorong organisasi untuk melihat secara lebih dinamis kepada kemampuan orang-orangnya. Ketika tugasnya adalah mempersiapkan pekerjaan pada umumnya, organisasi dapat mengandalkan jalur karir, dan program pembelajaran untuk mengakses atau membangun kemampuan tenaga kerja tersebut.
Namun di dunia di mana organisasi harus terus-menerus bersiap untuk hal yang tidak diketahui, para pemimpin harus memahami potensi pekerjanya untuk berkembang serta membantu mereka memenuhi potensi tersebut dengan cara merespons dan mengantisipasi masa depan yang tidak direncanakan.
#3 Perspective
perspektif menantang organisasi untuk beroperasi dengan berani dalam menghadapi ketidakpastian. Daripada dibingungkan oleh banyak masa depan dan pilihan, organisasi berperspektif menggunakan disruption sebagai landasan untuk membayangkan peluang dan kemungkinan baru.
Kami menegaskan bahwa kemampuan untuk mengambil langkah maju yang percaya diri bertumpu pada re-architecture of work. Istilah ini mempunyai definisi sebagai Tindakan mendesain ulang pekerjaan dengan cara yang memungkinkan manusia untuk bisa berkembang dalam mencari hasil dan value baru.
Purpose pada world disrupted: Membangun north star
Dalam sektor bisnis, north star mempunyai definisi yaitu perusahaan yang tak tergoyahkan tujuannya, produknya, pelanggannya, serta pengakuisisi potensial.
Tahun 2020 mengajarkan kita semua akan pentingnya tujuan dalam menetapkan arah organisasi apalagi ketika sedang menghadapi gangguan. Organisasi, yang bisa memegang teguh tujuan, mampu merangkul para pekerja, tim, dan pemimpin mereka untuk memahami common understanding utama organisasi.
Organisasi-organisasi ini menggunakan tujuan sebagai kekuatan pendorong untuk menyaring prioritas, menyatukan pekerja di bawah tujuan bersama, mendorong rasa memiliki, serta memfokuskan energi dan sumber daya kepada tujuan organisasi dan sosial mereka.
Ed Bastian, CEO Delta Air Lines, memuji purpose Delta Air Lines. Saling membantu agar organisasi dapat melewati krisis COVID-19 adalah isi dari Delta Air Lines.
“Misi kami adalah menghubungkan orang. Orang-orang kami dapat melakukan yang terbaik jika mereka memiliki dukungan kepemimpinan serta merasa terhubung dengan tujuan organisasi.”
—Ed Bastian, CEO, Delta Air Lines
Purpose adalah sifat manusiawi karena ia bergantung pada kemampuan unik manusia untuk mengidentifikasi dimana nilai ekonomi dan nilai sosial bersinggungan. Memahami titik-titik persimpangan ini, memungkinkan para pemimpin untuk mengidentifikasi tujuan konsisten berdasarkan nilai ekonomi dan nilai sosial, dan menggunakan tujuan tersebut untuk memandu pilihan mereka secara berkelanjutan.
Manifestasi purpose yang kuat adalah menyatukan kepentingan ekonomi dan sosial untuk mendorong perubahan yang berarti di dalam organisasi dan juga di dalam masyarakat. Salah satu contoh organisasi semacam itu adalah Edison International dan anak perusahaan terbesarnya, Southern California Edison (SCE), yang memutuskan untuk menerbitkan informasi equal employment opportunity commission (EEOC) atau jenis komisi kesempatan kerja yang setara terhadap tenaga kerja perusahaan serta komitmen penyertaan kepada karyawannya, anggota dewan, dan kelompok pemangku kepentingan eksternal.
Seperti yang dikatakan Natalie Schilling, wakil presiden people, culture, dan strategy SCE:
“Kami ingin menciptakan lebih banyak transparansi bagi karyawan dan pemimpin kami tentang di mana kami memiliki kesempatan [untuk memajukan komitmen kami dengan membuat organisasi kami lebih inklusif].”
Dengan bersikap transparan tentang informasi terkait Diversity, Equity, dan Inclusion atau DE&I ini, SCE telah memberikan dirinya platform untuk menambahkan suaranya ke percakapan publik tentang masalah yang penting bagi organisasi dan tenaga kerja mereka.
Platform tersebut memungkinkan mereka untuk mendorong organisasi lain untuk membuat perubahan yang langgeng dengan mengikuti arahannya, sekaligus memberdayakan pekerja SCE untuk mengangkat percakapan dan topik yang dapat mendorong perubahan nyata dalam organisasi.
Potential: Memanfaatkan kemampuan manusia
Untuk berkembang di tengah disruption yang terus-menerus, organisasi perlu memanfaatkan potensi pekerja dan timnya. Organisasi yang memahami dan mengaktifkan potensi tenaga kerja akan lebih mampu memanfaatkan kecerdasan manusia dan mencapai kecepatan dan ketangkasan dalam operasional organisasi.
Nyatanya, masih banyak banyak organisasi yang masih memiliki pandangan terbatas tentang tenaga kerja mereka. Banyak yang cenderung menganggap bahwa pekerja adalah sebatas deskripsi peran daripada menganggap mereka pekerja sebagai individu dengan latar belakang, pengalaman, dan minat berbeda yang mampu berkembang terus-menerus.
Jadi, organisasi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi pekerjanya serta memanfaatkan minat mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
AstraZeneca adalah contoh organisasi yang memanfaatkan potensi pekerja untuk segera memobilisasi sumber dayanya agar bisa memenuhi kebutuhan mendesak — dalam hal ini, mengembangkan vaksin COVID-19. Tonya Villafana, wakil presiden AstraZeneca dan global franchise head of infection, memuji respons perusahaan yang mempercepat pemanfaatan berbagai ahli, baik di seluruh perusahaan maupun melalui kolaborasinya dengan Universitas Oxford.
Namun lebih dari itu, AstraZeneca tidak hanya melibatkan para ahli papan atas tetapi juga mereka menambahkan “orang-orang berkinerja tinggi yang sangat bersemangat dan ingin terlibat” dengan tim pengembangan vaksin.
Mereka adalah orang yang tepat pada waktu yang tepat pula untuk menjalankan peran itu. Tidak semua orang harus menjadi ahli penyakit menular. Ini lebih tentang memiliki passion untuk menyampaikan dan energi untuk melakukannya
AstraZeneca juga memanfaatkan potensi ekosistemnya. Disatukan oleh tujuan yang sama, perusahaan bekerja sama dengan akademisi dan badan regulator serta menggunakan cara kerja baru yang memungkinkan mereka untuk memulai uji coba vaksin dalam waktu singkat, melakukannya dalam beberapa bulan atau bahkan minggu.
Dulunya hal ini bisa memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Mereka berharap keberhasilan kolaborasi tersebut akan membawa perubahan yang berarti kedepannya.
Berikutnya adalah ServiceNow. ServiceNow adalah sebuah perusahaan digital workflow, yang juga menyadari pentingnya mengandalkan potensi pekerja untuk tumbuh dan tetap berkinerja tinggi selama krisis.
“Kami mengirimkan dua rilis produk utama berkualitas tinggi tepat waktu, dan jumlah kode yang kami tulis selama pandemi benar-benar meningkat,” kata CEO ServiceNow, Bill McDermott.
“Tidak diragukan lagi bahwa hal ini membawa banyak kesadaran kepada tim manajemen tentang kapasitas manusia dan betapa hebatnya pekerjaan dapat terjadi dari mana saja, jika Anda mengaktifkannya.” Dia menekankan pentingnya mempercayai pekerja untuk membawa kreativitas dan inisiatif ke pekerjaan.
“Bakat akan bekerja di mana mereka dipercaya dan dihormati, begitu pula dengan produktivitas, individualitas, dan kreativitas.”
Perspective: Merancang ulang pekerjaan untuk mengambil langkah berani ke depan
Bertindak berdasarkan perspektif ketidakpastian adalah peluang untuk menciptakan suatu masa depan sumber daya manusia, organisasi harus siap untuk mengambil langkah berani ke depan meskipun mereka bergerak ke arah yang berbeda dari apa yang biasanya atau apa yang nyaman sebelumnya.
ServiceNow adalah salah satu organisasi yang berubah haluan selama COVID-19. Pada Maret 2020, perusahaan ini mengadakan sesi perencanaan strategi bernama “blue sky”. Rapat ini berlaku sebagai forum para pemimpin untuk membahas masa depan pekerjaan, masa depan transformasi digital, masa depan sumber daya manusia dan masa depan perusahaan.
Namun saat mereka mempertimbangkan masalah ini sebagai masalah minor saat pandemic ini, CEO Bill McDermott mengungkapkan, “Jika kita tidak dapat membantu dunia menangani pandemi, maka tidak akan ada langit biru lagi.” Dia memutarbalikkan rapat agar kembali fokus pada bagaimana ServiceNow dengan cepat berinovasi dan membawa produk baru ke pasar.
Produk baru ini akan membantu organisasi dalam mempertahankan operasional bisnis selama pandemi. Sebagai bagian dari upaya ini, ServiceNow dengan cepat membangun dan menerapkan empat aplikasi manajemen tanggap darurat serta serangkaian aplikasi tempat kerja yang aman untuk mengembalikan pekerjaan bagi semua orang.
Pandangan kami adalah kesiapan untuk mengambil langkah berani ke depan dalam ketidakpastian ini bergantung kepada upaya untuk merancang ulang pekerjaan, menerapkan reimajinasi pekerjaan ke dalam tindakan dengan terus memeriksa cara untuk membuka jalur baru menuju tujuan organisasi.
Kemampuan untuk merancang ulang pekerjaan sesuai dengan serangkaian asumsi yang berbeda dan menerapkan perubahan tersebut ke dalam praktik terbukti penting bagi kelangsungan hidup organisasi, dan juga memungkinkan mereka untuk berkembang lama setelah pandemi surut.
Sekilas informasi. Definisi transformasi kerja:
- Optimizing work: Melakukan pekerjaan yang sama dengan lebih efisien
- Redesigning work: Mencapai hasil kerja yang sama dengan kombinasi teknologi dan orang baru
- Reimagining work: Mencapai hasil kerja yang baru atau berbeda dengan kombinasi teknologi dan orang baru
Re-architecting work lebih dari sekadar mengotomasikan tugas dan aktivitas. Re-architecting work mengkonfigurasi pekerjaan untuk memanfaatkan apa yang dapat dicapai manusia ketika pekerjaan dirancang berdasarkan kekuatan mereka. Ingat, manusia dan teknologi, keduanya, sama-sama penting.
Untuk memunculkan potensi manusia, leadership sangatlah penting. Enam puluh persen responden eksekutif, berdasarkan survei Deloitte, mengatakan bahwa perilaku kepemimpinan sangat penting untuk mencapai visi kesiapan masa depan mereka; mereka juga mengidentifikasi beberapa masalah kepemimpinan seperti penentuan prioritas; keterampilan, pengalaman, dan budaya; serta visioning — sebagai tiga penghalang terbesar dalam transformasi kerja.
McDermott dari ServiceNow juga telah mengingatkan masalah kepemimpinan yang kuat. “Saya bersandar pada semua yang saya punya untuk mereformasi, membentuk kembali, dan menata kembali masa depan tanpa keinginan untuk mendambakan masa lalu, karena saya benar-benar percaya kita tidak akan pernah kembali ke keadaan sebelum pandemi,” kata McDermott. Dia yakin, masa depan adalah masa di mana manusia menjadi pusat perhatian dalam memungkinkan kesuksesan organisasi.
Jika setahun terakhir memberikan pelajaran kepada kita, pelajaran itu berarti kita harus menempatkan orang-orang yang tepat di jantung keputusan organisasi. Proses operasional pekerjaan, tenaga kerja dan beberapa sektor lainnya akan tumbuh menjadi lebih baik, bahkan saat ada disruption, jika orang-orang dibalik itu semua adalah orang yang tepat.
Untuk bisa mencapai hal itu, maka purpose, potential, dan perspective harus disematkan pada pekerjaan dan tenaga kerja Anda. Hal tersebut, kembali lagi, bertujuan sebagai upaya agar organisasi Anda tetap dapat berkembang meskipun lingkungan sekitar masih unpredictable dan uncertain sampai waktu yang belum ditentukan.
Para pemimpin harus menemukan cara untuk menciptakan tujuan bersama yang dapat memobilisasi tenaga kerja mereka agar sama-sama mau bergerak kuat ke arah yang sama. Hal ini perlu dilakukan agar organisasi Anda mampu menghadapi tantangan di masa depan.
Para tenaga kerja harus mempercayai Anda sebagai employer dengan cara memperbolehkan mereka untuk memenuhi potensi mereka, menawarkan kepada mereka suatu tingkat pilihan pekerjaan yang dapat menyelaraskan minat mereka dengan kebutuhan organisasi.
Dan mereka harus merangkul perspektif bahwa menata ulang pekerjaan adalah kunci bagi kemampuan seseorang untuk mencapai hasil baru yang lebih baik di dunia ini, dunia yang akan terus menata ulang dirinya.
Untuk menjawab tantangan HR masa depan ini, Anda dapat berkonsultasi dengan kami.