Perusahaan Anda, seiring berjalannya waktu, akan berkembang dan mencapai titik dimana Anda akan merasa betapa pentingnya performance management. Hampir setiap perusahaan perlu melakukan performance management. Lalu, seberapa pentingnya performance management untuk perusahaan berbasis fintech?
Sebelum membahas lebih jauh tentang pentingnya performance management untuk perusahaan berbasis Fintech, mari kita bahas dulu ‘lanskap’ Fintech di Indonesia. Fintech atau Financial Technology mungkin menjadi istilah yang mulai tren saat ini. Di Indonesia, istilah ini diberi nama Tekfin atau Teknologi Finansial. Secara teknis, semua solusi keuangan yang menggunakan teknologi bisa disebut Fintech. Anda memakai m-banking dari sebuah bank, itu bisa disebut sebagai proses penggunaan Fintech.
Jumlah perusahaan Tekfin yang masuk sebagai anggota AFTECH (Asosiasi FinTech Indonesia) naik jumlahnya dari 24 menjadi 275 sampai akhir tahun 2019, kemudian pada akhir kuartal II tahun 2020 jumlahnya sudah mencapai 362. Tipe solusi Tekfin yang tersedia di Indonesia juga semakin bervariasi. Dari yang awalnya hanya Pembayaran Digital dan Pinjaman Online, solusi Tekfin sekarang sudah meliputi Aggregator, Innovative Credit Scoring, Perencana Keuangan, Crowdfunding, Project Financing, dan berbagai Inovasi Keuangan Digital lainnya.
Sebagai informasi, survei dari Tracxn — State of FinTech in ASEAN 2017, menghasilkan bahwa Singapura menjadi lokasi bagi 39% perusahaan Tekfin di ASEAN, diikuti oleh Indonesia (20%), Malaysia (15%), dan Thailand (10%). Bisa dibilang, Indonesia menjadi salah salah satu negara terbesar penghasil industri Tekfin.
Survei AFTECH mencatat ada total 55 inisiatif dari 52 perusahaan tekfin yang menyasar masyarakat umum (47,3%), UMKM (45,4%), pemerintah (5,5%) serta lainnya (1,8%) dalam rangka mengurangi dampak ekonomi akibat COVID-19. Hingga akhir kuartal II tahun 2020, di antara empat kategori model bisnis tekfin, Pinjaman Online menjadi yang paling dominan (44%), diikuti oleh tekfin kategori IKD (24%), Pembayaran Digital (17%), dan Layanan Urun Dana atau Crowdfunding (1%).
Tambahan informasi untuk Anda, IKD adalah istilah yang berasal dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 13/POJK.02/2018. IKD adalah Inovasi Keuangan Digital. IKD meliputi beberapa hal seperti yang terlihat dari diagram di bawah ini.
Uraian singkat diatas adalah beberapa highlights tentang perkembangan industri Fintech Indonesia. Pinjaman Online dan Peer to Peer Lending tetap menjadi yang utama dalam dunia Fintech Indonesia. Sekarang, kita akan memasuki pembahasan tentang pentingnya performance management untuk perusahaan berbasis Fintech. Simak kelanjutan artikel ini untuk mengetahui beberapa alasannya.
6 Poin Pentingnya Performance Management untuk Perusahaan Berbasis Fintech
McKinsey pernah menuliskan kalau suatu proses Performance Management, secara formal maupun informal, adalah salah satu hal paling essential untuk semua bisnis perusahaan. Menurut Michael Armstrong, dalam bukunya “Armstrong’s Handbook of Performance Management”, Performance Management adalah proses peningkatan kinerja secara berkelanjutan dengan melakukan penetapan tujuan individu, tim maupun organisasi perusahaan agar selaras satu sama lain untuk memudahkan tercapainya tujuan dan perkembangan bersama.
Pentingnya performance management ini berlaku hampir di seluruh industri, termasuk industri Fintech. Menurut buku “Manajemen Kinerja” yang ditulis oleh Prof. Wibowo, ada 12 alasan pentingnya performance management atau manajemen kinerja untuk suatu perusahaan. Namun, hanya 6 poin yang sesuai untuk diterapkan di suatu perusahaan berbasis Fintech. 6 poin tersebut adalah:
(1) Menyesuaikan atau menyelaraskan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu
Terlihat cliché, namun hal ini benar-benar penting. Anda pasti sering menemui seorang karyawan yang sudah bekerja cukup lama di suatu perusahaan, tetapi ketika ditanya tentang visi dan misi perusahaannya dia tidak tahu. Menurut riset dari Reflektive, perusahaan berbasis teknologi, termasuk Fintech, justru menemui kesulitan ketika harus menyelaraskan tujuan organisasi. Hal itu terbilang ‘unik’ karena meskipun didukung teknologi canggih untuk berkoordinasi mereka tetap ‘kalah’ dengan industri health care.
(2) Meningkatkan kualitas kinerja
Pastikan sistem performance management yang Anda pilih memiliki sebuah fitur bernama Continuous Performance Management. Seperti namanya, fitur ini akan lebih sering melakukan pemantauan dan peningkatan kinerja kepada karyawan. Perusahaan Fintech, terutama yang masih dalam tahap rintisan, tentu harus benar-benar mempertimbangkan hal ini.
(3) Memotivasi karyawan
Dengan menggunakan sistem Performance Management yang proper, Anda bisa lebih sering bertukar feedback dengan seluruh entitas perusahaan Anda. Ketika feedback dari karyawan tersebut benar-benar ditampung dan dipikirkan solusinya, maka mereka akan merasa termotivasi karena sudah dianggap suatu building block dari perusahaan.
(4) Meningkatkan komitmen atau tanggung jawab
Menurut artikel dari TLNT, untuk meningkatkan komitmen atau tanggung jawab dari seorang karyawan diperlukan sistem performance management yang transparan. Ketika seorang karyawan aware dengan performanya (tanpa ada yang ditutup-tutupi oleh perusahaan), maka mereka cenderung mau untuk memperbaiki dirinya serta berjanji untuk berubah menjadi lebih baik.
(5) Lebih tepat sasaran dalam memberikan pelatihan
Proses performance management yang efektif dan akurat terhadap karyawan dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk mereka.
(6) Memperbaiki kualitas pengembangan karyawan
Sistem performance management yang baik pasti menyediakan modul Succession dan Development. Kedua modul tersebut, secara sederhana, membantu perusahaan dalam menerapkan pengembangan karier untuk karyawannya.
Perlu diingat kembali, hampir seluruh perusahaan Fintech, terutama yang masih dalam proses merintis, tentu membutuhkan sebuah sistem Performance Management. Kalau masih belum mampu menggunakan sistem yang proper mungkin Anda bisa melakukannya secara manual. Namun, hal itu tidak dianjurkan, karena kemungkinan perusahaan Anda pasti berkembang. Fintech yang berhubungan dengan pinjaman uang merupakan salah satu model inovasi yang cepat berkembang sekaligus bisa cepat jatuh juga.
Sebagai informasi, jatuhnya sebuah Fintech lending biasanya terjadi karena terkikisnya kepercayaan. Di Indonesia, baru-baru ini, seorang CEO Fintech P2P lending harus kehilangan jabatannya karena melakukan ‘blunder’ dan tersebar di media sosial. Sebagai tambahan, Fintech semacam ini harus benar-benar memperhatikan seluruh peraturan dan kesepakatan, termasuk ketika menuliskan durasi tenor pinjaman.
Untuk Anda yang sedang merintis perusahaan Fintech dan masih punya banyak pertanyaan seputar performance management, segera hubungi tim terpercaya kami. Tim kami akan memberikan penjelasan berkualitas tentang performance management ini. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.