85% pekerja menginginkan fleksibilitas jam kerja dan lokasi kerja jika memungkinkan. Kemudian, 54% diantaranya akan keluar jika tuntutan itu tidak dipenuhi oleh perusahaan. — Ernst and Young Indonesia.
Artikel special kali ini akan membahas topik dari event dari WTalk #2: The Future of Work: Hybrid Workplace After Pandemic yang diselenggarakan pekan lalu, tepatnya 16 September 2021. Untuk mempersingkat reading time, mari kita mulai.
Sekilas Tentang Kerja Hybrid di Indonesia
Kerja Work from Home digadang-gadang menjadi sebuah solusi kerja yang akan selamanya berlaku akibat pandemi COVID-19. Berbagai survei atau report menunjukkan kalau Work from Home memberi keuntungan. Namun, yang sering ketinggalan untuk dibahas adalah masalah atau tantangan Work from Home.
Baca Artikel Bermanfaat Ini: Saatnya Hybrid Working, Kenali Keuntungan dan Tantangannya Sekarang
Tantangan Work from Home tentu ada dan hal inilah yang harus dipikirkan oleh perusahaan, lebih khusus lagi oleh divisi Human Resourcesnya. Seperti yang kita tahu, hampir semua yang ada di dunia ini memiliki sisi lain, dan sisi lain (baca: tantangan) WFH itu nyata.
Semisal, Anda sudah bisa menemukan solusi dari tantangan tersebut, selanjutnya Anda harus menanyakan solusi ini ke karyawan Anda. Kemudian, melihat bagaimana feedback karyawan tersebut.
Sekali lagi, kita semua paham kalau budaya ketimuran Indonesia itu sangat melekat. Hal ini tentu berbeda dengan negara lain yang kemungkinan besar menganut budaya kebaratan. Jadi, mungkin saja output WFH tidak seperti yang Anda harapkan. Dan mungkin juga Anda lebih memilih pendekatan kerja hybrid daripada model kerja lainnya. Hal-hal semacam ini sebaiknya juga Anda perhitungkan.
Baca Artikel Bermanfaat Ini: Penerapan dan Kondisi Hybrid Working di Indonesia
Beberapa Perusahaan Indonesia Menyampaikan Tantangan Work from Home yang Sedang Dihadapi
Event dibuka dengan sesi sharing informasi yang membahas tantangan Work from Home apa saja yang sedang dihadapi saat ini. Beberapa tantangan ini kemungkinan besar akan memiliki kesamaan dengan tantangan yang sedang Anda alami. Jadi, mari simak dengan seksama.
Wismilak Group Mengalami Tantangan Karena Adanya Perbedaan Mindset
PT Wismilak Inti Makmur Tbk. adalah salah satu perusahaan manufaktur atau produsen tembakau terbesar ke-6 Indonesia. Perusahaan ini juga mengalami beberapa tantangan Work from Home. Bapak Agus Leonardo, Kepala Divisi Human Resource Wismilak, dengan senang hati, berbagi cerita tentang tantangan Work from Home apa yang sekarang sedang dihadapi di perusahaannya.
Ada tiga tantangan yang ditekankan oleh beliau.
- Golongan tua dan golongan muda memiliki perbedaan pandangan mengenai WFH
Ada beberapa tim yang memang wajib WFO, seperti tim operational dan tim sales. Ada juga tim yang bisa WFH seperti bagian manajemen dan back office. Di bagian WFH ini golongan muda masih cenderung “tidak percaya” dengan WFH. Mereka menyebut kalau kerja ya di kantor. Sedangkan golongan muda lebih bisa menerima istilah WFH.
- WFH seringkali dianggap sebagai “libur”
Beberapa karyawan berstatus keluarga yang dapat giliran WFH, seringkali, bilang “loh kan saya lagi WFH” saat dimintai respons. Satu dua tiga kali masih bisa ditoleransi, tapi kalau lebih dari itu? Iya, hal ini sempat benar-benar membuat tim HR beliau harus memutar otak.
- Menjaga tingkat produktivitas dan Meminimalisir Kontak
Bulan-bulan awal pemberlakuan WFH semuanya berjalan lancar. Tingkat produktivitas karyawan WFH tetap terjaga. Namun, ketika menginjak bulan ke-4 dan seterusnya, produktivitas mulai menurun. Di sisi lain, pemerintah juga mengubah status level PPKM di jam-jam yang tak menentu. Bahkan, status PPKM pernah baru diumumkan hari minggu malam. Hal ini tentu akan mempersulit tim HR dalam mengatur jadwal karyawan.
- Kesehatan Karyawan dan Financial selama pandemi
Kesehatan karyawan dan financial perusahaan juga menjadi perhatian beliau. Pak Leo dan timnya sudah mulai berpikir kalau pembatasan dan model kerja hybrid akan dilakukan dan berlaku terus kedepannya. Masalah financial membuat perusahaan ini berhenti dalam melakukan proses recruitment.
Eka Hospital Memerlukan Waktu untuk Beradaptasi
Eka Hospital, salah satu jaringan layanan kesehatan yang berdiri di bawah bendera Sinarmas Group, juga mengalami beberapa tantangan Work from Home. Ibu Alexandra Immanuel, HR Director dari Eka Hospital, berbagi informasi dengan kami tentang apa saja tantangan Work from Home yang dialami oleh Eka Hospital selama pandemi ini.
- Kebutuhan Ruangan Tambahan untuk Pasien Covid-19
Indonesia beberapa bulan kemarin sedang mengalami “puncak” dari Covid-19. Hal inilah yang membuat semua cabang Eka Hospital membutuhkan tempat tambahan untuk dijadikan RIK (Ruang Isolasi Khusus) Covid-19.
- Produktivitas Karyawan WFH Menurun
Hanya karyawan bagian manajemen, korporat, atau back office yang bisa melakukan anjuran pemerintah untuk WFH. Kejadian yang lumayan mirip dengan Wismilak Group terjadi di sini. Tingkat produktivitas awalnya terjaga, namun lama-kelamaan cenderung menurun.
- Fasilitas Transportasi Bagi Karyawan
Awal diberlakukannya pembatasan, pemerintah menghentikan seluruh moda transportasi umum dan menganjurkan untuk menggunakan kendaraan pribadi. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi Eka Hospital. Ada beberapa karyawan yang belum memiliki kendaraan pribadi.
- Internet dan Device karyawan yang bermasalah
Internet dan Device yang error adalah masalah yang sering diterima oleh Bu Xandra.
Karyawan HEPTACO Membutuhkan Social Interaction
HEPTACO sebuah perusahaan digital native yang memfokuskan dirinya sebagai e-commerce enabler juga tidak luput dari masalah. Bapak Irwan Kartadipura, CEO HEPTACO, mengungkapkan salah satu tantangan terbesar dari kerja WFH di perusahaannya.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah Interaksi Sosial. Jadi, HEPTACO punya karyawan yang memang harus WFO (bagian warehouse dan logistik) dan karyawan yang memungkinkan WFH. Karyawan WFH lama-kelamaan ingin bertemu dengan koleganya. Di sini HEPTACO memang merasa kalau karyawan WFH yang “terisolasi” dari temannya cenderung menunjukkan tanda-tanda burnout.
MRT Jakarta sebagai BUMD Memiliki 2 Tantangan Saat Ini
PT Mass Rapid Transit Jakarta juga berkenan untuk berbagi informasi tentang tantangan yang sedang dihadapi. Bapak Nicodemus Winata, Head of Business Expansion (Business Development) MRT Jakarta, menceritakan bahwa dari beberapa tantangan, ada dua tantangan yang perlu ditekankan.
- Proses adaptasi dengan teknologi digital
Tidak semua karyawan langsung bisa menggunakan berbagai teknologi digital penunjang kerja. Learning curve setiap karyawan beda-beda, sehingga ini adalah salah satu tantangan umum di dalam PT MRT Jakarta. Spesifik ke tim business developmentnya pak Nico, timnya sudah 100% bisa menggunakan teknologi digital.
- Personal Interaction Tim yang Kurang
Seperti biasa, tidak semua karyawan bisa WFH. Bagian maintenance dan operational tentu masih WFO karena harus secara real time memastikan seluruh stasiun berjalan optimal. Untuk tim business development, pak Nico berargumen kalau personal atau social interaction secara face-to-face tetap perlu dilakukan sesekali.
Weefer Indonesia Memerlukan Adaptasi yang Bersifat Goal atau Objective Oriented
PT Weefer Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang System Integrator. Perusahaan memberikan bantuan ke perusahaan lain untuk bisa melakukan transformasi digital. Bapak Robert Liandro, CEO dari PT Weefer Indonesia, mengatakan kalau di perusahaannya ada 2 tantangan yang perlu untuk digaris bawahi.
- Tantangan perubahan dari presensi oriented ke goal oriented
Sebelum WFH, mayoritas kinerja karyawan ditentukan oleh presensinya. Namun, setelah WFH diberlakukan, kinerja karyawan ditentukan oleh goal yang tercapai. Tentu, hal ini membuat karyawan sedikit membutuhkan waktu tambahan untuk beradaptasi.
- Keinginan untuk social interaction
Dari Maret 2020 sampai sekarang, pemberlakuan WFH tetap dilakukan. Hal ini ternyata memunculkan keinginan untuk sekedar ngobrol dengan kolega di kantor. Weefer akhirnya membuat survei internal yang menghasilkan sebuah pernyataan bahwa karyawan ingin kembali ke kantor, setidaknya, 3 hari seminggu.
4 Solusi dari Narasumber untuk Tantangan Work from Home
Sampai sini, Anda mungkin sudah menemukan beberapa kesamaan masalah atau tantangan dari narasumber dengan masalah di perusahaan Anda. Sampai sini juga Anda bisa langsung merumuskan beberapa solusi dengan tim Anda. Atau… silakan membaca lebih lanjut untuk menemukan 4 solusi yang direkomendasikan oleh narasumber dalam event ini.
Pemberlakuan Model Kerja Hybrid
Semuanya memutuskan kalau model kerja Hybrid (secara singkat adalah gabungan dari WFH dan WFO) adalah solusi untuk tackle tantangan atau masalah WFH, kecuali Bu Xandra dari Eka Hospital. Beliau berargumen persentase paparan virus pasti lebih tinggi jika berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Jadi, untuk Eka Hospital, Bu Xandra mempercayakan yang WFO untuk memberikan pelayanan terbaik pasien sementara yang bagian korporat masih tetap full WFH.
Jadi apakah hybrid working bisa menyelesaikan masalah?
Hmm… to be fair tidak.
Masalah interaksi antar kolega terselesaikan dengan solusi ini, namun masalah atau tantangan lain tetap ada di model kerja hybrid.
Mari ke solusi berikutnya
Peran Aktif Divisi HR untuk Membuat Peraturan atau Guidelines
Secara universal, semua manusia itu perlu boundaries atau batasan. Setidaknya, batasan adalah salah satu pembeda antara manusia dengan makhluk hidup yang lain. Di lingkungan kerja juga begitu. Menurut narasumber, terutama pak Leo, divisi HR harus membuat guidelines, policy, agreement, atau apapun namanya untuk menjaga tingkat produktivitas saat karyawan tidak berada di kantor.
HR sebaiknya juga berdiskusi dengan team leader untuk memastikan kalau agreementnya adil. Ingat, adil itu bukan berarti sama. Ada berbagai pertimbangan yang berkontribusi untuk membuat suatu peraturan.
Dengan begini, hopefully, tingkat produktivitas karyawan yang tidak di kantor bisa terjaga.
Memfasilitasi Karyawan yang Wajib WFO
Bu Xandra dalam event ini menekankan kalau teman-teman yang dalam pandemi ini masih berkewajiban WFO harus diberi fasilitas penunjang tambahan.
Dalam kasus ini, bu Xandra memberikan fasilitas transportasi bagi karyawan WFO yang belum memiliki kendaraan pribadi. Semua narasumber setuju akan hal ini. Setiap karyawan yang memang wajib WFO seperti bagian operasi mesin manufaktur, maintenance stasiun atau kereta, dan yang lainnya harus diberi “benefits” tambahan.
Bentuknya apa? Untuk hal ini mungkin setiap perusahaan memiliki pendapatnya masing-masing. Sebagai contoh mungkin diberi allowance tambahan.
Memilih Satu Tool Kolaborasi untuk Semua Divisi
Tool kolaborasi adalah sesuatu yang sering beberapa perusahaan sepelakan. Bahkan, masih ada yang menggunakan messaging app (baca: Whatsapp) untuk berkolaborasi. Tidak hanya itu, terkadang, beberapa divisi justru memiliki tool kolaborasi pilihannya sendiri.
Hal ini perlu dihentikan. Anda harus memilih satu software kolaborasi level enterprise agar employee experience perusahaan Anda meningkat. Software kolaborasi dengan integrasi ke berbagai fungsi lainnya, seperti check in dan out, calendar, cuti dan lainnya. Semuanya sebaiknya bisa dilakukan dengan satu software kolaborasi.
Jadi… Apa yang Bisa Kita Semua Ambil?
Hampir semua perusahaan Indonesia “terpaksa” WFH. Namun, WFH juga masih memiliki masalah dan tantangannya, bahkan model kerja hybrid juga masih ada turunan masalahnya.
Kami harap dengan adanya rekomendasi solusi di atas, Anda dapat menemukan atau merumuskan solusi baru untuk mengatasi masalah ini.
Untuk Anda yang tertarik untuk gabung dengan event WTalk by Weefer Indonesia seri selanjutnya, silakan klik banner di bawah ini untuk bergabung. Terima kasih sudah membaca sampai sini.