WTalk #3 – Membangun dan Mengelola Performance Karyawan Selama Pandemi

Share on:

Vaksin Covid-19 sudah mulai tersebar di Indonesia, namun proses pendistribusian vaksin ini masih belum merata. Jika suatu perusahaan harus berhenti beroperasi 100% karena hal ini, kemungkinan besar, perusahaan tersebut bisa bankrupt. Oleh sebab itu, banyak perusahaan memilih untuk menggunakan metode kerja remote dan hybrid untuk sekedar bertahan. Menurut Gallup, jumlah karyawan yang bekerja remote meningkat dua kali lipat — 31% menjadi 62% — dari pertengahan Maret hingga awal April 2020. Selain itu, sebagian besar karyawan ingin terus bekerja dari rumah setidaknya untuk beberapa waktu. Dalam survei PwC baru-baru ini, 83% pengusaha mengatakan bahwa peralihan ke metode kerja remote bagi perusahaannya telah berhasil. Namun, beberapa perusahaan masih kesusahan dalam membangun dan mengelola  performance karyawan selama pandemi ini.

Oke kita backtrack sebentar,

Setiap perusahaan, tentu, memiliki versi high performing-team nya sendiri-sendiri. Namun, menurut 4 Corner Resources, high performing team setidaknya harus memiliki salah satu ciri-ciri dibawah ini:

  • Punya shared purpose
  • Pekerja memahami visi perusahaan
  • Pekerja merasa ada ikatan dengan misi organisasi
  • Setiap pekerja memahami peran dan tanggung jawab mereka
  • Pekerja mampu merasa bertanggung jawab untuk membantu mencapai tujuan dan sasaran organisasi
  • Perusahaan memberikan kesempatan untuk learning and professional development untuk pekerja
  • Pekerja merasa dihargai dan didengarkan

Ada 4 tips yang dapat diambil para pemimpin perusahaan saat ini. Tindakan ini kemungkinan besar akan membantu dalam membangun dan mengelola performance karyawan agar berkinerja tinggi selama pandemi. 

Oke, berikut ini adalah daftar 4 tipsnya yang sudah kami lansir dari Forbes:

#1 Manfaatkan Teknologi

Platform Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang baik seperti, Microsoft Teams, Lark Suite, email, serta program manajemen proyek lainnya seperti Monday.com adalah beberapa contoh software yang memberikan fungsionalitas dan visibilitas luar biasa kepada pekerja remote Anda. Namun, tidak semua pekerja Anda memiliki kemampuan yang sama dalam memanfaatkan software ini.

Proses sosialisasi inilah yang menjadi tugas pemimpin yang baik. Para pemimpin harus berkomitmen pada alat-alat ini, memperkuat penggunaannya secara tepat, dan, tentu, lead by example (kalau bisa jangan hanya menyuruh saja). 

Ketika seorang pekerja salah dalam pengoperasian suatu software, bimbing mereka ke cara yang benar tanpa memarahinya. Ciptakan tutorial dan pembelajaran yang mendorong pekerja agar mau beradaptasi. 

 

#2 Definisikan Kembali Jam Aktif Pekerja

Seperti yang diakui banyak orang: Batas antara zona pekerjaan dan rumah telah hilang. 

Penelitian Microsoft mengidentifikasi kurangnya batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jam yang sulit diatur adalah penyebab utama stres di tempat kerja saat ini. Riset menunjukkan bahwa sepertiga pekerja jarak jauh mengatakan batas antara pekerjaan dan kehidupan yang buruk berdampak negatif pada kesejahteraan mereka. 

Apa yang harus dilakukan? Setujui timeframes ketika Anda (dan tim Anda) sedang “unavailable” dengan indikator yang jelas, jadi tidak ada pekerja lain yang menunggu jawaban kalian. Tandai dengan jelas waktu produktivitas Anda. Waktu produktivitas bisa disamakan dengan Office Hours normal, contohnya 9 AM to 5 PM.

 

#3 Saling Berbagi 

Ketidakpastian dan risiko adalah dua hal yang meningkatkan anxiety kita semua. Namun, kita tahu bahwa perubahan tidak bisa dihindari. Pemimpin harus, secara intensional, menciptakan budaya yang encourage perubahan cepat dan menerimanya sebagai hal yang positif.

Para pemimpin dapat mengajukan pertanyaan sederhana seperti: Apa yang sedang kalian dengarkan atau baca saat ini? Keterampilan apa yang sedang Anda kuasai? Atau sekedar, hei, kalian harus tonton film ini buat personal development kalian. Proses Sharing informasi ini tentu akan membuat pekerja semakin engaged.

 

#4 Tunjukkan Antusiasme dan Ekspresi Anda

Layar meratakan Anda, kecuali Anda memiliki tulang pipi dan struktur rahang yang bagus. Akibatnya, niat dan emosi Anda juga datar. Anda tidak mudah dipahami. Perhatian atau empati Anda mungkin tidak terlihat.

Anda mungkin merasakan, kalau saat meeting virtual, meluapkan ekspresi itu susah.Virtual meeting juga seringkali membuat pembicaraan sulit dipahami. Semisal nih, Anda sedang melontarkan candaan, tapi kok nggak ada yang ketawa, ya semacam itulah pokoknya.

Karena teknologi virtual punya kelemahan seperti itu, maka Anda, sebagai pemimpin, harus mengembangkan keahlian Anda sebagai komunikator yang ekspresif dan dinamis secara otentik. Ketika Anda berekspresi dan antusias, tim Anda pasti terpengaruh. 

Komunikasi memang tetap menjadi faktor utama dalam membangun dan mengelola performance karyawan agar berkinerja tinggi menurut Forbes.

Tips Tambahan: Gunakan software Performance Managemnt berbasis cloud agar proses review kinerja tim Anda semakin lengkap, cepat, efektif dan efisien.

Oke, jadi itulah 4 tips + 1 tips tambahan yang kemungkinan besar akan menciptakan sebuah high performing team selama kerja remote akibat pandemi. Untuk informasi lebih lanjut tentang topik ini, Anda bisa join di obrolan santai kita “WTalk #3”. Tentu, tanpa dipungut biaya dan bahkan, Anda akan mendapat segelas kopi hangat. Klik banner di bawah ini untuk mulai gabung.

performance management adalah

Share on:

Author

Master Admin

Categories: (2)

Events WTalk
To the top
email-subscribe

Subscribe untuk mendapatkan Tips Terkini untuk Keberhasilan Transformasi Digital Anda!