Kesehatan Mental Karyawan Semakin Menurun, 4 Hal Inilah yang Harus Anda Lakukan

Share on:

“9 dari 10 karyawan merasa lingkungan kerja bisa mempengaruhi buruk atau tidaknya kualitas kesehatan mental karyawan. Kemudian, 4 dari 5 karyawan sudah mengalami burnout akibat buruknya lingkungan kerja.” — Mental Health America’s Mind The Workplace Report.

Hal senada juga disampaikan dalam press release dari The Conference Board. 

Dalam press release tersebut, 1200 responden diberi pertanyaan seputar efek dari pandemi terhadap performa kerja mereka. Salah satu hasil yang didapat menyatakan kalau 51% responden merasa kesehatan mental mereka memburuk sejak awal pandemi sampai sekarang. Ketika ditarik lebih lanjut, wanita memiliki persentase lebih tinggi terkait hal ini. Banyak dari responden wanita tersebut yang kewalahan menghadapi tuntutan pekerjaan sekaligus urusan domestik sekaligus juga harus menjaga kesehatan. 

kesehatan mental karyawan

Fenomena seperti ini mengakibatkan banyak sekali karyawan yang memilih resign dan mencari perusahaan lain yang lebih bisa untuk work-life balance atau memilih untuk membuka usaha sendiri. Di sisi lain, beberapa yang masih bertahan, ternyata, juga mengalami penurunan produktivitas. Untuk yang masih bertahan inilah, perusahaan harus segera membuat kebijakan agar mereka bisa bertahan dari semua “kelelahan” ini.

“Kami tidak lagi “semangat” seperti tahun lalu. Saat itu, sekitar sembilan bulan dari awal pandemi, kami masih memiliki sumber daya emosional dan fisik yang kuat dalam menghadapi kehidupan new normal,” kata Andrew Shatté, PhD, chief knowledge officer dan salah satu pendiri meQuilibrium. “Tapi sekarang kita semua capek dan burnout. Dan berbagai kelelahan ini masih belum bisa dilihat ujungnya sama sekali.”

Untuk memperbaiki atau membantu karyawan yang bertahan agar bisa pulih atau bahkan bisa berkembang, berikut ini ada 4 tips untuk menjaga kesehatan mental karyawan Anda.

4 Tips untuk Menjaga Kesehatan Mental Karyawan

#1 Sering Berkomunikasi dengan Karyawan

Tingkat anxiety karyawan, saat pandemi, cenderung meningkat dan inilah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan mental karyawan.

Komunikasi

“Karyawan saat ini menghadapi ketakutan dan kecemasan akibat ketidakpastian, ketidakpastian kondisi kesehatan, keuangan, pekerjaan, logistik dan lain sebagaianya,” kata Dr. Rachelle Scott, direktur medis psikiatri dari Eden Health. “Hal-hal semacam inilah yang akan menimbulkan efek negatif terhadap produktivitas karyawan Anda.” 

Untuk meredakan kecemasan atau ketakutan semacam ini, Anda sebagai pemimpin tim HR, sebaiknya, bersikap transparan dan proaktif. 

Coba mulailah dengan mengumpulkan para team lead. Instruksikan team lead agar mau membuka komunikasi informal kepada anggota timnya. Komunikasikan hal-hal ringan seperti menanyakan kondisi kesehatan atau menanyakan apa pelajaran baru yang didapat dalam sepekan terakhir atau pertanyaan ringan lainnya.

Untuk para pemangku kepentingan, Anda sudah harus mulai bersifat transparan. Misalnya, ketika keuangan perusahaan sedang menurun, maka bilang saja sejujurnya ke semua “civitas” perusahaan. Kemudian, baru Anda bilang, untuk itu solusi yang kita ambil adalah kita akan mengurangi gaji para eksekutif agar gaji karyawan tetap pada angka yang semestinya. Akan ada kemungkinan para karyawan merasa aman jika Anda bilang hal seperti itu.

#2 Pahami Gejala Burnout

Selama pandemi ini terus ada, beberapa karyawan pasti akan merasa semakin terisolasi sekaligus merasa burnout. Dua hal inilah yang bisa menjadi “kontributor utama” menurunnya kesehatan mental karyawan.

Untuk informasi, menurut Alodokter, beberapa gejala burnout adalah semangat bekerja menurun, performa kinerja menurun, mudah marah, sering menarik diri dari pembicaraan, dan beberapa lainnya.

kesehatan mental karyawan

Pada dasarnya, kita semua adalah makhluk sosial. Kita semua butuh kontak nyata, termasuk Anda yang masuk ke golongan introvert. 

Para pemimpin HR, manager, dan team lead mungkin bisa melakukan beberapa saran di bawah ini.

  • Memberikan pelatihan untuk mendeteksi tanda-tanda munculnya mental illnes 
  • Memberikan akses karyawan ke psikiater untuk mengobati atau mencegah mental illness 
  • Memberikan pelatihan ketahanan emosi 
  • Meninjau kondisi karyawan yang WFH maupun yang WFO untuk memastikan work-life balance mereka.

#3 Beradaptasi 

Pandemi mengubah cara pandang orang tentang aspek kehidupan mereka, terutama aspek pekerjaan, kesehatan dan keluarga. Sekarang, dalam banyak kasus, karyawan lebih memilih keseimbangan kerja dan hidup sebagai faktor terpenting.

Untuk itu, Anda, sebagai pemimpin HR, harus mengetahui apa yang dibutuhkan karyawan. Berikan mereka survei yang isinya itu untuk menentukan prioritas  – seperti keseimbangan kerja dan hidup, keselamatan di tempat kerja, kerja tim, atau kompensasi. Hal ini bisa menjadi “pembuka mata” untuk para pemangku kepentingan sekaligus untuk karyawan sendiri. 

Kemudian, berdasarkan hasil survei itu, Anda merencanakan kebijakan baru untuk memfasilitasi karyawan sekaligus tetap memenuhi tujuan perusahaan.

#4 Hindari Asumsi Negatif, Perluas Opsi untuk Karyawan

Dulu yang namanya mental illness selalu berada dalam stigma negatif mayoritas orang. Namun, semenjak adanya pandemi, stigma negatif ini perlahan semakin hilang. Sekarang, sudah banyak orang yang meningkatkan awareness mereka tentang kesehatan mental akibat pandemi.

Menurut hasil survei dari The Conference Board, inilah beberapa opsi terbaik yang diinginkan karyawan saat ini:

  • Jam kerja fleksibel atau pengurangan jam kerja dalam sepekan
  • Jadwal kerja hybrid 
  • Recognition, penghargaan, dan acara team-building 
  • Dibentuknya Employee Resource Group untuk membahas Kesehatan Mental
  • Cuti sakit berbayar
  • Dukungan untuk child-care 

Penutup

kesehatan mental karyawan

Selain urusan kesehatan mental karyawan, karyawan juga membutuhkan kemudahan dalam mengakses sesuatu. Mulai dari akses untuk pengajuan cuti, presensi, payroll, pelatihan, dan lain sebagainya. Oh, sebentar dan ada lagi yang penting, masalah pinjaman atau mungkin, di beberapa tempat, dinamai dengan kasbon atau employee loan

Tahukah Anda, menurut Fundera, 78% karyawan tidak bisa menabung dengan gajinya karena harus hidup dengan metode paycheck-by-paycheck. Hal inilah yang membuat mereka menginginkan kemudahan dalam mengajukan employee loan. 

Oleh sebab itu, Anda, para pemimpin HR, sebaiknya mencari sebuah cara untuk memudahkan akses employee loan bagi karyawan Anda. Jadi, apakah Anda masih punya beberapa pertanyaan terkait hal ini? Kalau iya, silakan klik banner di bawah ini dan mulai berkonsultasi bersama tim kami.

Share on:

Author

A. Alfan Alif
To the top
email-subscribe

Subscribe untuk mendapatkan Tips Terkini untuk Keberhasilan Transformasi Digital Anda!