68% perwakilan HR bilang kalau well-being atau kesejahteraan karyawan adalah prioritas mereka di tahun 2021. Tentu, hal ini bukan tanpa alasan. Efek pandemi masih berasa di berbagai penjuru negara, bahkan sampai saat ini. Di tambah lagi, ada juga efek negatif dari berbagai krisis geopolitik, bencana alam, bencana kemanusiaan dan lainnya. Semuanya bergabung menjadi satu dan menyerang para pekerja. Mau tidak mau, Anda sebagai pimpinan HR harus mengantisipasi efek negatif ini. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kesejahteraan karyawan Anda.
Sayangnya, hal ini masih belum “selaras.” Maksudnya, menurut Gallup, hanya 24% karyawan saja yang merasa kalau perusahaannya peduli dengan kesejahteraan mereka. 24% adalah persentase yang cukup kecil mengingat hal-hal terkait kesejahteraan karyawan sudah menjadi prioritas sejak tahun 2020. Coba Anda lihat grafik di bawah ini. Di tahun 2020, persentasenya bisa mencapai 49%, tapi di tahun 2022 menurun menjadi 24%.
Riset Gallup ini menggunakan responden pekerja AS saja. Lantas, bagaimana dengan kondisi Indonesia? MercerMarsh Benefits pernah merilis sebuah laporan yang bertajuk Health on Demand. Mereka melakukan survei ke 14.096 pekerja dari beberapa negara. 1.007 pekerja diantaranya berasal dari Indonesia. Ada tiga negara perwakilan Asia di survei ini, China, India, Indonesia dan Singapura. Hasil survei menunjukkan ada penurunan di persentase “karyawan yang merasa dipedulikan oleh perusahaannya”. Di tahun 2019, persentasenya 54%, sedangkan di 2021 persentasenya menurun menjadi 48%.
Penurunan-penurunan persentase well-being karyawan ini adalah kabar buruk. Kabar baiknya, Anda para manajer masih bisa memperbaiki semua ini. Anda bisa lakukan beberapa tips di bawah ini untuk kembali mendukung dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Lisa F. Berkman dan Meg Lovejoy adalah dua orang director dari Harvard Center for Population and Development Studies. Kali ini, mereka berdua akan share tips terkait topik ini. Beberapa tips ini diharapkan bisa mengubah praktik kerja perusahaan menjadi lebih baik sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Apa saja tipsnya, mari kita simak bersama.
Tips Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
1. Beri karyawan lebih banyak kendali di cara mereka bekerja
Anda harus perhatikan tingkat work autonomy dari karyawan Anda. Harus benar-benar seimbang, jangan terlalu micromanage atau pun terlalu dilepas. Sebuah jurnal penelitian dari National Library of Medicine pernah membawa topik seputar hal ini. Sebuah customer service call center memberikan pelatihan kepada karyawannya. Tidak cuma pelatihan biasa, mereka memberikan juga pelatihan yang lebih lengkap, bahkan termasuk pelatihan terkait bagaimana merespon emosi manusia.
Hasilnya, karyawan dapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan pelanggan secara mandiri, tanpa harus sedikit-sedikit konsul ke supervisornya. Kepuasan dalam menyelesaikan masalah inilah yang secara langsung meningkatkan tingkat well-being dan kinerja mereka.
2. Beri karyawan lebih banyak fleksibilitas terkait di mana mereka berkerja.
Ingat, tidak semua jenis pekerjaan bisa menerapkan ini. Anda bisa menambah jatah cuti atau benefit tambahan lainnya untuk pekerja yang benar-benar harus on-site. Untuk pekerja yang masih bisa bekerja tidak di kantor, Anda bisa memberi kebebasan buat mereka. Mau di kantor boleh atau di rumah juga boleh. ASALKAN, mereka mau mematuhi peraturan atau kebijakan yang disepakati bersama. Misalnya seperti ini, jam sekian sampai sekian harus standby karena akan ada weekly meeting, jam sekian adalah deadline pengumpulan konten desain, atau peraturan yang lainnya.
3. Meningkatkan stabilitas jadwal pekerja.
Beberapa perusahaan ritel atau jasa, saat ini, masih menggunakan penjadwalan yang tidak tetap karena mereka mencoba untuk menyesuaikan tenaga kerja dengan demand pelanggan yang bisa naik tiba-tiba.
Jadwal yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksi semacam ini pasti akan memberatkan karyawan Anda dalam “mengelola” kehidupan pribadi dan tanggung jawab mereka. Tidak hanya itu, kualitas tidur pasti juga akan memburuk. Tidur buruk sama dengan kesehatan fisik dan psikis yang buruk pula.
Sebuah jurnal penelitian dari University of California Worklife Law pernah membahas hal ini. 3 toko ritel Gap di San Francisco Bay Area meningkatkan stabilitas penjadwalan karyawan mereka selama bulan Maret 2015 sampai Oktober 2015. Hasilnya, penjualan rata-rata toko naik 7% dan produktivitas karyawan naik 5%.
4. Beri kesempatan karyawan untuk memberikan pendapat dalam perusahaan
Libatkan semua perwakilan divisi saat mau mengambil keputusan perusahaan. Intinya, musyawarahkan dulu setiap keputusan perusahaan bersama-sama. Anda pasti pernah mendengar percakapan seperti ini.
A: Kenapa kok merger ya divisi kita padahal beda loh
B: Nggak tau, katanya sudah keputusan manajemen sudah final gitu
Praktik seperti itu lumrah dilakukan padahal kurang baik. Anda harus perhitungkan juga suara-suara mereka yang bergerak di area “jabatan fungsional” atas sampai bawah.
5. Pastikan Anda memiliki karyawan yang cukup
Sebuah jurnal penelitian bertajuk Workplace stressors & health outcomes: Health policy for the workplace bilang kalau tuntutan kerja yang terlalu tinggi dapat meningkatkan persentase terkena penyakit depresi, tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler lainnya sebanyak 35%. Kemudian, hal ini juga bisa meningkatkan mortalitas (angka kematian) sebanyak 20%.
Karena itu, tolong, jangan sampai perusahaan Anda understaffed. Contoh sederhananya begini, kantor Anda membuka lowongan content creator. Namun, jobdesc posisi itu sangat banyak, bahkan terlalu banyak untuk satu orang. Harus mengurus analytic, ads, SEO, content creation, copywriting dan lainnya. Jangan pernah lakukan hal seperti ini.
6. Dorong manajer untuk mencoba bersimpati dengan karyawan
Setiap karyawan memiliki kebutuhan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Ada karyawan yang senang sekali ketika harus bekerja di kantor karena berbagai faktor. Ada juga karyawan yang lebih memilih bekerja di rumah karena berbagai faktor. Dari sini, Anda bisa minta tolong ke manajer untuk mencoba saling mengerti. Put yourself in someone’s shoes merupakan sebuah mantra yang sebaiknya para manajer pegang. Memang hal ini tidak mudah karena Anda, sebagai manajer, harus menyeimbangkan tuntutan perusahaan dan tuntutan karyawan. Namun, menurut jurnal penelitian ini, jika manajer bisa mencapai hal ini, maka kepuasan kerja karyawan akan naik lebih tinggi, begitu pula dengan kinerja karyawannya.
7. Beri kesempatan semua karyawan lintas divisi untuk bersosialisasi
Menciptakan budaya kerja di mana karyawan dapat bersosialisasi dengan rekan kerja menjadi strategi penting untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. 7.484 pekerja Kanada pernah menjadi responden sebuah penelitian. Si peneliti menyimpulkan kalau kurangnya social support dan tingginya high job strain adalah dua penyebab psychological distress bagi mereka. Pria dan wanita sama-sama bisa terkena hal ini, tapi survei mengatakan kalau lebih sering pria daripada wanita. Apapun itu, salah satu solusinya adalah tetap memberikan kesempatan karyawan untuk bersosialisasi.
Kesimpulan
Riset Gallup menambahkan kalau perusahaan yang paling peduli dengan kesejahteraan karyawan akan mendapatkan customer engagement yang tinggi, peningkatan profitabilitas, semakin membaiknya produktivitas, turnover yang lebih rendah, dan beberapa manfaat lainnya.
Dalam jangka panjang, perusahaan yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan karyawannya akan cenderung memiliki karyawan yang juga peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan perusahaan.
Oh dan satu lagi, untuk Anda yang ingin meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan mengimplementasikan berbagai software employee engagement yang hebat, silakan klik banner di bawah ini untuk berdiskusi dengan tim kami. Terima kasih dan semoga bermanfaat.