Burnout pada Manajer Itu Nyata, Segera Atasi dengan 6 Hal Ini

Share on:

Mungkin Anda sering lihat sebuah pernyataan di mana di situ disebutkan kalau banyak pekerja yang burnout karena berbagai hal. Sayangnya, hal ini tidak terjadi hanya di bagian staff atau tim saja. Burnout pada manajer juga bisa terjadi, bahkan cenderung lebih besar persentasenya. Bagaimana bisa? Begini sederhananya, manajer dituntut untuk menjalankan strategi dari orang-orang C-level sembari melatih dan mengembangkan semua anggota tim mereka. Belum lagi kalau para manajer ini kekurangan resource, sehingga mereka harus kerja di balik layar juga. Well, mereka ini sangat sibuk “merawat” orang lain, sampai-sampai mereka sendiri lupa dengan dirinya sendiri.  Di sini, mestinya perusahaan memperhatikan problem ini, mestinya begitu tapi ya, begitulah.

Intinya, mereka, para manajer, ini juga butuh diperhatikan agar mereka tidak burnout. Berdasarkan laporan Work Trend Index dari Microsoft, 53% manajer mengaku kalau mereka merasakan burnout sebenarnya. Mereka cuma lebih “jago” menyembunyikan gejalanya biar timnya tidak tahu.  Emily Field, salah satu partner McKinsey dari Seattle, pernah membahas dalam salah satu podcast-nya tentang fenomena burnout pada manajer. Salah satu pembicaraannya adalah mengenai beberapa manajer yang harus menggunakan waktu liburnya untuk mengerjakan tugas administratif mereka. Kenapa kok nggak di hari kerja? Karena di hari kerja mereka sibuk untuk “mengelola” tim beserta kerjaannya. Kombinasi dari hal-hal seperti inilah yang menghasilkan burnout pada manajer.

burnout pada manajer

Satu yang harus Anda ingat adalah burnout pada manajer satu dan lainnya itu kemungkinan besar akan beda-beda. Karena itu, kurang disarankan kalau Anda memakai metode “one-cure-for-all.” Berita baiknya, Emily Field akan berbagi dengan kita semua terkait pendekatan “multi cabang” atau universal apa yang kemungkinan bisa digunakan untuk mengatasi burnout pada manajer Anda. Mari kita simak bersama.

6 Cara Mengatasi Burnout Pada Manajer Tim

1.)  Beri apresiasi

Ada dua aspek yang bisa Anda lakukan di langkah ini. 

Pertama, Anda, sebagai atasan para manajer, harus berusaha untuk mengenali dan menunjukkan rasa khawatir jika melihat ada perubahan kinerja ke arah negatif dari manajer Anda. Jika benar mereka sedang burnout, para manajer itu sedikit banyak akan merasa kalau mereka benar-benar diperhatikan dan didengar oleh perusahaannya.

Aspek kedua adalah Anda benar-benar mengakui segala upaya kinerja dari manajer Anda. Kemudian, Anda beri tahu juga ke mereka kalau dari semua upaya itu menghasilkan berbagai dampak positif pada perusahaan. Sebuah laporan dari Gallup dan Workhuman pernah membahas masalah “recognition semacam ini. Berdasarkan studi laporan itu, ada korelasi positif yang kuat antara adanya pengakuan perusahaan ke karyawan (termasuk manajer) dan kesejahteraan karyawan itu sendiri. 

Mengapresiasi manajer beserta timnya itu bukan aktivitas yang memakan waktu banyak. Anda bisa sempatkan sedikit saja untuk berterima kasih ke mereka, mereka sudah senang. 

2.)  Personal connection

bersosialisasi mencegah burnout

Mengadakan sebuah momen untuk saling berkomunikasi antara sesama manajer adalah apa yang bisa Anda lakukan berikutnya. Sekedar ngobrol bersama bahas apapun (tidak harus masalah kerjaan) sangat dianjurkan di sini. Mungkin Anda bisa saling bahas tentang capeknya mengurus klien A misalnya. Lakukan hal ini untuk mengatasi perasaan terisolasi yang umum terjadi kepada manajer yang kena burnout, apalagi manajer yang harus bekerja secara remote.

Kemudian, kalau memang ada kesempatan, Anda juga bisa mengadakan acara makan-makan informal atau semacamnya. Apapun itu, sebisa mungkin Anda harus mencoba untuk “menyediakan” waktu dan ruang untuk membangun hubungan antar sesama. 

3.)  Atur prioritas

Ketika burnout pada manajer terjadi, kemungkinan besar mereka itu disebabkan oleh volume pekerjaan yang berlebih, satu belum selesai satunya datang, satu belum selesai satunya datang dan begitu seterusnya. Oh, dan semuanya itu termasuk prioritas tinggi.

Oke, sebaiknya Anda segera lakukan audit tentang apa yang dikerjakan masing-masing manajer Anda dan apa yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Identifikasi tiga peringkat teratas, lalu tentukan apa yang dapat ditunda, tenggat waktu apa yang dapat diperpanjang, atau apa yang dapat didelegasikan sepenuhnya. 

Sebagai bagian dari evaluasi ulang ini, luangkan waktu untuk memahami beban kerja dan kapasitas setiap orang. Kalau sudah, Anda boleh reassign ini lagi sesuai kebutuhan. Setelah itu, “audit” semacam ini itu sebaiknya dijadikan praktik rutin supaya manajer Anda tidak kewalahan dan bisa mengelola tim secara berkelanjutan.

4.)  Revisi agreement antara manajer dan timnya

agreement antara manajer dan karyawan

Berdayakan para manajer di perusahaan Anda dalam menyelesaikan pekerjaan dengan merevisi kembali agreement antara mereka dan tim mereka. Salah satunya mungkin masalah peraturan atau batasan apa yang harus sama-sama disetujui antara kedua belah pihak. Beberapa contoh kecilnya seperti mengirim dan menjawab emai maksimal jam berapa atau peraturan semacamnya itu. Merevisi kesepakatan dengan melibatkan manajer secara langsung dapat membantu menciptakan rasa belonging yang biasanya sering terkikis saat manajer itu terkena burnout.

Dalam konteks tim yang lebih dalam, Anda mungkin dapat menganjurkan mereka untuk merumuskan dan menyepakati hal-hal seperti bagaimana mereka akan meminta pertanggungjawaban satu sama lain, atau menetapkan hari khusus non-meeting agar fokus tim tidak mudah terpecah. Membuat kesepakatan semacam ini dapat menghemat waktu, dan energi, serta menciptakan rasa pemberdayaan yang lebih optimal dalam melakukan pekerjaan.

5.)  Cek kondisi manajer dengan obrolan kecil

Adakan obrolan dengan masing-masing manajer di perusahaan Anda secara teratur. Kalau memang waktunya terbatas, coba pilih saja manajer yang mengalami gejala burnout. Coba lakukan komunikasi ke mereka dan cari tahu apa yang bisa Anda lakukan untuk memberdayakan mereka. Atau, setidaknya, Anda mendengarkan keluhan mereka terlebih dahulu. 

Pastikan Anda menciptakan suasana psikologis yang aman, agar mereka mau bercerita dengan sepenuh hati. 

6.)  Ingatkan mereka untuk istirahat

Mengambil jedah istirahat dari pekerjaan untuk mengurangi tekanan dari berbagai penjuru arah adalah langkah yang diperlukan untuk memulihkan energi manajer Anda. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa nge-reset kondisi mental dan fisik mereka. Beri himbauan ke mereka agar memanfaatkan waktu liburan/cuti mereka dengan baik dan efektif.

Dengarkan dan Berdayakan Setiap Manajer di Perusahaan Anda

berdayakan karyawan dan manajer

Dibutuhkan waktu, niat, dan dukungan perusahaan agar semuanya bisa kembali bersemangat, engaged, dan termotivasi lagi. Manajer juga manusia, mereka punya rasa dan punya hati. Jadi, jangan samakan mereka layaknya seperti “orang asing.” 

Mereka ini butuh diatur juga perkembangan personalnya. Mereka butuh juga diberi pelayanan oleh perusahaan perusahaan. Mereka juga butuh cara berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif. Jangan karena sudah menjadi manajer, maka Anda berpikir kalau manajer ini sudah baik-baik saja. Coba sempatkan waktu untuk ngobrol dengan mereka. Siapkan tempat yang aman dan jaga privasi mereka supaya mereka bisa berkomunikasi secara “heart-to-heart.

Dari sini, Anda mungkin bingung harus mulai dari mana. Tidak perlu khawatir, kami hadir bersama Anda. Segera diskusikan semua hal ini bersama tim kami, supaya Anda bisa mengantisipasi burnout pada manajer atau seluruh individu di perusahaan Anda. Semoga bisa membantu dan terima kasih.

salesforce crm

Share on:

Author

A. Alfan Alif
To the top
email-subscribe

Subscribe untuk mendapatkan Tips Terkini untuk Keberhasilan Transformasi Digital Anda!