Hampir semua eksekutif khawatir terkait tingkat kinerja karyawannya. Ketika karyawan bekerja dengan semangat dan dedikasi tinggi, mereka bagaikan mesin produktivitas yang tak terhentikan. Ide-ide brilian mengalir deras, tugas-tugas diselesaikan dengan cepat dan efisien, dan target pekerjaan pun terasa mudah untuk diraih. Namun, jika produktivitas karyawan menurun, perusahaan akan kesulitan mencapai target, bahkan mungkin mengalami kerugian. Pada akhirnya, Anda, para eksekutif, tersadar kalau karyawan adalah aset yang amat berharga. Lantas, sebuah pertanyaan akhirnya muncul, apa saja sih faktor yang memengaruhi kinerja karyawan?
Selamat, Anda akan menemukan jawabannya di sini, karena seorang Innovation Evangelist dan pakar Growth, bernama Tiffani Bova, akan memberikan beberapa insights-nya terkait faktor yang memengaruhi kinerja karyawan. Sebelum masuk ke pokok pembahasan, ada baiknya Anda menyimak dulu hal yang tak kalah penting berikut ini.
Beberapa Fakta Terkait Faktor yang Memengaruhi Kinerja Karyawan
Penting untuk dipahami bahwa kinerja atau produktivitas karyawan tidak selalu bersifat linier. Fluktuasi kinerja, termasuk peningkatan, penurunan, dan stagnasi, merupakan hal yang wajar dalam dinamika kerja.
Namun, penurunan kinerja yang terus-menerus dan tidak kembali ke tingkat standar mengindikasikan adanya masalah yang perlu diidentifikasi dan ditangani.
Columbia business school pernah melakukan riset terkait kinerja karyawan. Garis besarnya seperti ini, ketika para eksekutif “hanya” bercerita tentang mendapatkan pelanggan, retensi pelanggan, pelanggan, pelanggan dan pelanggan dalam meeting earnings call. Si eksekutif ini secara tidak langsung membentuk sebuah konotasi yang menggambarkan kalau pelanggan merupakan opportunities, di sisi lain, karyawan hanyalah dianggap sebagai risks. Apa yang terjadi selanjutnya?
Para karyawan merasa tidak dihargai dan berujung pada menurunnya tingkat kinerja. Untuk informasi, transkrip earnings call itu bersumber dari sejumlah perusahaan yang masuk di S&P 500 yah. Oke, kembali lagi, hal ini sangat kontras dengan slogan yang diusung sejumlah perusahaan ini, slogannya itu semacam “employees are the firm’s most important asset.” Nyatanya, kondisi karyawan tidak pernah terucap saat earnings call.
Ada sebuah riset lainnya yang pernah dilakukan oleh Tiffani Bova bersama Salesforce. Intinya, perusahaan yang “memprioritaskan” pelanggan dibandingkan karyawan memang dapat mendorong pertumbuhan pendapatan. Namun, ini bersifat jangka pendek. Di sisi lain, perusahaan yang benar-benar mampu dan secara nyata menerapkan budaya karyawan sentris, maka pertumbuhan pendapatannya akan meningkat hingga 50%, secara jangka panjang. Dengan kata lain, tingkat kinerja karyawan akan tetap terjaga di ambang batas positif, hanya jika Anda para eksekutif menempatkan mereka di posisi yang sama pentingnya dengan pelanggan Anda.
Baik, sekarang kita masuk ke sejumlah faktor yang memengaruhi kinerja karyawan
Baca Artikel Penting Ini: Modernisasi Sistem HR untuk Employee Experience
5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Ada banyak alasan berbeda mengapa seseorang berhasil atau tidak berhasil dalam peran tertentu. Kinerja tinggi hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, namun ada 5 faktor utama (dan mungkin faktor tambahan lainnya) yang memungkinkan tingkat kinerja ini. Untuk informasi, 5 faktor ini ada di dalam bukunya Tiffani Bova yang berjudul The Experience Mindset: Changing The Way You Think About Growth, tepatnya di Chapter 2.
Oke, jadi apa saja faktor-faktornya?
1) Rasa saling percaya
Ada dua jenis kepercayaan: kepercayaan karyawan terhadap perusahaan dan kepercayaan perusahaan terhadap karyawannya.
Rasa saling percaya antara kedua belah pihak akan meningkatkan kinerja karyawan. Tidak hanya itu, hal ini juga dapat memotivasi karyawan, mendorong kreativitas dan kolaborasi, dan meningkatkan retensi karyawan, yang semuanya bisa membantu pertumbuhan pendapatan. Pemberdayaan dan kepercayaan semacam ini sudah dilakukan oleh Apple dan Ritz-Carlton di mana tim Customer Service bisa menyelesaikan mayoritas masalah pelanggan yang basic tanpa harus menunggu approval dari manajer.
Menurut McKinsey, kepercayaan semacam ini dapat meningkatkan kemungkinan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan sebesar 47%. Kemudian, karyawan juga akan cenderung untuk berusaha membantu koleganya guna mencapai tujuan bisnis hingga sebesar 90%.
2) Akuntabilitas untuk Manajer atau C-suite
Masih terkait erat dengan kepercayaan, akuntabilitas manajer dan C-suite berarti memastikan tanggung jawab kepemimpinan perusahaan terhadap bisnis dan karyawannya.
Akuntabilitas seorang pemimpin bukan hanya tentang tanggung jawab, tapi juga tentang kesediaan untuk benar-benar mendengarkan aspirasi karyawan. Pemimpin yang efektif tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga aktif bertanya dan menggali kebutuhan timnya. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan tim, seorang pemimpin tidak akan mampu mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan. Oleh karena itu, akuntabilitas seorang pemimpin juga mencakup kemampuan untuk memahami dan memprioritaskan kebutuhan karyawan, serta mengambil tindakan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan buku di atas, seringkali ada perbedaan antara klaim perusahaan dengan tindakan yang sebenarnya mereka lakukan. 49% eksekutif C-suite percaya bahwa perusahaan mereka sudah bertindak berdasarkan feedback dari karyawan. Namun, di sisi lain, hanya 31% karyawan yang setuju dengan pernyataan tersebut. Salah satu hal yang setidaknya bisa Anda lakukan adalah mengadakan survei karyawan untuk mencari tahu apa kebutuhan, keinginan, dan harapan karyawan Anda. Dengan begitu, karyawan akan merasa dihargai dan hal ini akan merujuk ke meningkatnya kinerja karyawan.
3) Penyelarasan value karyawan dengan visi perusahaan
Karyawan Anda harus bisa menyelaraskan value mereka dengan visi perusahaan. Karena itu, manajer dan C-suite sebaiknya mendukung hal ini dengan melakukan segenap cara.
Salah satunya adalah dengan memberi target yang jelas dan valuable. Anda bisa menerapkan metrik keberhasilan karyawan yang selaras dengan visi dan misi perusahaan, sehingga karyawan semakin paham peran mereka di dalam perusahaan.
Di riset Tiffani Bova yang lain, karyawan yang merasa dihargai dan paham akan peran mereka dalam visi dan misi perusahaan merupakan salah satu pendorong signifikan terhadap peningkatan pendapatan perusahaan. Namun, hanya 36% karyawan yang merasa “paham dan selaras” dengan visi dan misi perusahaan. Semakin selaras value karyawan dengan perusahaan, maka semakin baik pula tingkat kinerja karyawan Anda.
4) Recognizing success
Memberi selamat karena telah meraih kesuksesan dapat menjadi cara yang paling “hemat” untuk meningkatkan engagement karyawan, yang mana akan menghasilkan efek positif terhadap loyalitas, retensi, dan produktivitas. Karyawan yang percaya bahwa kesuksesan mereka akan diakui oleh perusahaan memiliki kemungkinan 2,7 kali lebih besar semakin engaged atau produktif dengan perusahaannya daripada mereka yang tidak diakui kesuksesannya. Tidak sampai di-praising saja, yang namanya pengakuan sukses itu bisa lebih dari itu, termasuk proses pengembangan karyawan.
5) Sistem Teknologi yang Sesuai dengan Karyawan dan Perusahaan
Terkadang, Anda, para eksekutif, ini berpikir kalau sistem teknologi pasti bisa memperbaiki kinerja dan produktivitas karyawan. Nyatanya, Anda harus juga memikirkan bagaimana teknologi tersebut cocok dengan infrastruktur perusahaan, proses birokrasi, dan alur kerja karyawan selama ini. Jangan terburu-buru memasang sistem teknologi jika dirasa kurang sesuai. Misalnya, Anda mau pasang sistem digital HR. Sistemnya ini terlalu kaku, tapi berhubung Anda terlalu gegabah dan lagi butuh, Anda menyetujui implementasinya.
Padahal, sistemnya benar-benar tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis. Ini kurang baik, akan jauh lebih baik lagi jika sistem yang Anda pilih itu capable untuk menyesuaikan kebutuhan bisnis Anda. Intinya, pastikan sistem yang Anda pilih itu fleksibel dan “komprehensif”.
Tidak hanya sampai situ, pastikan juga kalau sistem Anda itu bisa terintegrasi dengan beberapa sistem lainnya, seperti sistem asuransi atau sejenisnya. Begini, menurut riset, keluhan umum yang sering dirasakan karyawan adalah terlalu banyak aplikasi yang harus mereka gunakan. Bahkan, hanya 29% responden yang mengaku kalau aplikasi di perusahaannya bisa terintegrasi dengan sistem lainnya.
Pada akhirnya, Anda harus memastikan bahwa pengalaman pelanggan dan pengalaman karyawan mendapatkan “sumber daya” yang setara.
Baca Artikel Penting Ini: Kunci Pengalaman Pelanggan yang Baik adalah Meningkatkan Employee Experience
Untuk tambahan informasi, bagaimana kalau konteksnya di negara kita. Ada sebuah penelitian yang mencoba menjawab apa faktor yang memengaruhi kinerja karyawan dengan responden karyawan Indonesia, lebih tepatnya di kota terbesar keempat di Indonesia. Apa hasilnya?
6) Motivasi Kerja
Setiap orang pasti memiliki motivasinya untuk bekerja. Hal inilah yang menempatkan motivasi sebagai faktor nomor 1 dalam memengaruhi kinerja karyawan. Semakin baik motivasinya, maka karyawan tersebut cenderung akan lebih antusias untuk berkolaborasi untuk mencapai tujuan bisnis.
7) Biaya Hidup
Biaya hidup menjadi faktor nomor 2 menurut riset ini. Biaya hidup yang tinggi dan kurang sebanding dengan penghasilan membuat sejumlah karyawan berkinerja kurang baik. Salah satu yang dipikirkan mereka adalah sekuat apapun mereka bekerja, hasilnya tetap saja akan sulit untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup.
8) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik akan mendorong terciptanya proses komunikasi yang berkualitas. Komunikasi berkualitas inilah yang dapat meningkatkan kinerja karyawan karena pada dasarnya komunikasi adalah salah satu basic needs dari makhluk hidup manapun, termasuk manusia.
9) Kompensasi atau Tunjangan
Kebijakan kompensasi baik komposisi, maupun ketepatan waktu pembayarannya dapat mendorong semangat karyawan untuk berkinerja dengan optimal. Semakin optimal kinerja karyawan, semakin cepat pula perusahaan akan mencapai tujuannya. Beberapa jenis tunjangan juga berkontribusi dalam hal ini, terutama tunjangan kesehatan dan keselamatan kerja.
Segera Revitalisasi Kinerja Karyawan Anda
“Kedinamisan” kondisi dunia saat ini membuat para karyawan semakin sadar untuk mengevaluasi kembali apa prioritas mereka sebenarnya. Hal ini mendorong sejumlah perusahaan untuk mempelajari kembali terkait sumber daya paling berharga bagi mereka ternyata adalah sumber daya manusianya.
Karena itu, the time is now, sudah saatnya Anda mulai berusaha untuk memperbaiki pengalaman karyawan Anda. Setidaknya, seimbangkanlah hal ini dengan pengalaman pelanggan.
Kelima elemen utama di atas ini saling terkait satu sama lain. Masing-masing saling melengkapi guna membangun employee experience yang lebih kuat dan berkualitas. Ingat, karyawan yang bahagia akan menghasilkan pelanggan yang bahagia pula. Langkah awal yang bisa Anda ambil sekarang adalah segera merevitalisasi sistem HR Anda. Tidak perlu mencari terlalu jauh karena Anda sudah menemukannya di sini.
Transformasi Pengelolaan SDM Perusahaan Anda dengan Haermes!
Anda siap untuk membawa keberhasilan SDM Anda ke level berikutnya? Ayo, temukan potensi baru bersama Haermes!