gen z di dunia kerja

Menyatukan Gen Z dan Gen-Gen Lain di Dunia Kerja? Bisa!

Share on:

13 tahun yang lalu, IBM Center For The Business of Government sudah “mengingatkan” dunia kerja terkait akan ada masanya di mana tenaga kerja multi generasi bisa berada di satu tempat kerja. Untuk informasi, report-nya itu bernama “Engaging a Multi-Generational Workforce: Practical Advice for Managers”. Nah, di tahun tersebut, empat generasi yang muncul adalah Silent Generation (1928-1945), Boomers, Gen X, dan Gen Y (milenial). Sekarang, silent generation sudah “tergantikan” Gen Z di dunia kerja. Empat generasi yang mengisi kerja dunia jadi hanya Boomers, Gen X, Gen Y, dan Gen Z.

Bagaimana dengan Kondisi Gen-Gen Lain Termasuk Gen Z di Dunia Kerja Indonesia?

Kita mulai dulu dari jumlah penduduk di Indonesia. Sensus penduduk yang dilakukan BPS pada tahun 2020 mencatat kalau mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh Gen Z dengan jumlah sekitar 75 juta atau 27,98% populasi. Kemudian, disusul oleh kelompok milenial dengan jumlah sekitar 70 juta atau 25,87% populasi. Oke, angka tersebut adalah jumlah penduduk, bagaimana dengan usia produktif/non produktif dan TPAKnya.

Usia produktif di Indonesia itu dikelompokkan ke dalam usia antara 15-64 tahun. Nah, di tahun 2020 persentasenya mencapai 70,72 persen. Di sisi lain, usia nonproduktif itu dikelompokkan ke dalam usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Di kelompok ini, ada sekitar 29,28%. Baik, mari kita masuk ke tingkat partisipasi angkatan kerja atau TPAK. 

Di sini angka tertinggi TPAK justru didapat di rentang usia 40-54 tahun. Di mana persentasenya di atas 80% semua. Untuk lebih jelasnya coba cek chart di bawah ini.

tingkat partisipasi angkatan kerja gen z di dunia kerja

Jadi, apakah gen Z Indonesia bisa menyusul TPAKnya generasi lain yang lebih senior? Jelas bisa mengingat bonus demografi di rentang usia generasi ini masih dominan jumlahnya. Kemudian, dari chart itu juga, kita semua bisa menyimpulkan kalau sejumlah perusahaan Indonesia pasti sedang atau akan memiliki tenaga kerja multigenerasi di dalamnya. 

Lantas….. Bagaimana caranya menyatukan mereka semua supaya menjadi sebuah satu-kesatuan yang harmonis? Pertanyaan inilah yang menjadi latar belakang dari diadakannya event special kami. Berikut ini ada beberapa insights yang berhasil kami himpun dari event tersebut. Anda, para pemangku kepentingan di bidang HR, sedikit banyak pasti akan relate dengan semua ini.

Fakta Tentang Gen Z di Dunia Kerja

Fakta Tentang Gen Z di Dunia Kerja

Shinta Partiwi, Business Development Manager dari Weefer Indonesia, memandu jalannya event “Harmonizing Every Generation’s Strength with Digital Innovation”

Tidak dipungkiri kalau setiap generasi pekerja memiliki “ciri khas”nya masing-masing. Misalnya, menurut Pew Research Center, hanya 30% Boomers yang enjoy dengan penggunaan teknologi digital terbaru di dunia kerja. Kemudian, 56% Gen X mengaku kalau di usia-usia mereka ini sangat sulit sekali untuk menyeimbangkan antara kewajiban pekerjaan dan personal. Lalu, 72% Gen Y atau milenial menyampaikan kalau mereka ingin diberi feedback secara berkala dari team lead atau manager mereka. Terakhir, 78% Gen Z ingin employer menyediakan teknologi digital canggih guna mengefisiensikan seluruh pekerjaan mereka.

 

Secara garis besar, para generasi pekerja ini memiliki tantangan mereka masing-masing, sekaligus “rekomendasi” solusinya.

tantangan beberapa generasi pekerja dan solusinya

Beberapa hal di atas, pasti, pernah Anda rasakan apalagi Anda yang menekuni bidang HR di organisasi atau perusahaan. Dalam event yang diselenggarakan oleh Weefer ini, kami mencoba untuk memberikan insights guna memecahkan masalah ini. Mari kita simak.

Maria Fransiska Menjelaskan Latar Belakang Diadakannya Event Ini

Mayoritas pakar HR pasti setuju kalau setiap generasi pekerja pasti akan membawa tantangan khasnya mereka sendiri. Nah, apakah ini bisa menjadi disrupsi/gangguan atau malah bisa menjadi sebuah anugerah/berkah tersendiri untuk perusahaan? Poin pertanyaan inilah yang menjadi salah satu latar belakang diadakannya event ini, menurut Maria Fransiska, Head of Business Solution dari Weefer Indonesia.

Maria Fransiska Head of Business Solution Weefer menjelaskan event

Maria Fransiska (paling kanan), Head of Business Solution dari Weefer Indonesia.

Para pakar HR di organisasi maupun perusahaan pasti sekarang sedang menghadapi sebuah tantangan. Tantangan tentang bagaimana menyatukan semua generasi pekerja supaya menjadi satu kesatuan yang harmonis. Sejumlah insight dalam memecahkan masalah ini akan dapatkan di sini. Tetapi, ada beberapa hal yang semua generasi itu pasti setuju atau mencapai common ground.

Semua generasi pekerja, pada dasarnya, ingin kalau pekerjaannya itu impactful, ingin kalau dirinya bisa tetap learning, ingin dihargai, ingin bisa berkembang dan ingin adanya stabilitas kerja. Baik mari kita simak singkat bagaimana jalannya event ini dengan memahami beberapa insights dari para speakers. 

Bany Akbar, “Mendekatlah dengan tim Anda supaya Anda tahu kebutuhan mereka”

Setiap generasi jelas ada perbedaannya. Bahkan, sejumlah prejudices dan stereotypes dapat menempel di masing-masing generasi. Contohnya, Gen Z = Progressive but disloyal, Gen X = Independent but bleak, Millenials = Driven but entitled, dan lain sebagainya. Perlu diingat, bahwasanya, tidak semua karakteristik ini berlaku di semua generasi bekerja. Salah satu poin yang disampaikan Bany Akbar, VP and Head of Human Capital LinkAja!, adalah bagaimanapun karakteristik dari tim, Anda tetap harus mencoba untuk mendekati mereka supaya ada semacam harmonisasi dari keberagaman generasi tersebut.

Bany Akbar menjelaskan gen Z di dunia kerja

Bany Akbar, VP and Head of Human Capital dari LinkAja!

Sebaiknya, mulai dengan melakukan 3 hal.

#1) Kurang-kurangi melakukan stereotyping ke masing-masing generasi

“Oh, kamu Gen Z yah pantes kamu gini-gini-gini” ucapan dan perilaku semacam ini harus Anda kurangi. Begitu juga dengan generasi lainnya. Coba tanya ke mereka, apa yang mereka butuhkan dan apa ekspektasi mereka di pekerjaan ini. Kemudian, coba selaraskan dengan visi dan misi perusahaan.

#2) Coba kenali keterampilan unik dari masing-masing pekerja

Ketika sudah nampak keterampilannya, Anda bisa foster atau nurture keterampilan tersebut. Hal semacam ini dapat meningkatkan value dari masing-masing pekerja. Nantinya, mereka akan merasa dihargai.

#3) Berbagi Knowledge

Mentoring dan reverse mentoring adalah salah satu contoh terbaik di sini. Anda juga bisa ajak para anggota tim untuk sharing knowledge baru apa yang mereka pelajari selama seminggu, kalau bisa yang di luar konteks pekerjaan supaya suasana lebih cair.

Yessica Liandro, “Ada sistem yang personalized untuk kebutuhan masing-masing generasi pekerja”

Masing-masing generasi pekerja ini jelas membutuhkan “pendekatan” yang berbeda. Karena itu, Anda perlu sistem Human Capital Management yang mampu menghadirkan dukungan dan layanan personalized bagi setiap pekerja multigenerasi ini. Poin itulah yang disampaikan oleh Yessica Liandro, Senior HRIS Consultant dari PT Weefer Indonesia dalam event yang bertajuk “Harmonizing Every Generation’s Strength with SAP SuccessFactors”.

Yessica Liandro menjelaskan personalisasi dukungan untuk Gen Z di dunia kerja

Yessica Liandro, Senior HRIS Consultant dari Weefer Indonesia

Mari ambil contoh generasi pekerja baby boomer. Generasi pekerja ini membutuhkan clear, step-by-step instructions terkait hal apapun, apalagi untuk sejumlah hal yang masih ada kaitannya dengan teknologi. Nah, di SuccessFactors HCM, Anda bisa menyusun instruksi detail lengkap untuk para pekerja generasi ini.

Lebih jauh lagi, Anda bisa mengatur juga terkait pelatihan apa yang diperlukan oleh generasi ini supaya mereka dapat keep up dengan tren market atau teknologi saat ini. Anda bisa mengurutkan pelatihannya mulai dari yang beginner sampai advanced. Kemudian, ketika mereka sudah mulai naik tangga karier atau mungkin sudah memasuki jenjang pensiun, mereka dapat menurunkan knowledge dan experience mereka ke calon penerus, yang mana mereka bisa pilih sendiri berdasarkan penilaian dari sistem HCM ini.

Bagaimana dengan personalisasi untuk generasi lain? Simak sampai akhir yah.

Mengharmonisasi Semua Generasi Pekerja Bisa Dilakukan!

Bisa dilakukan, asalkan Anda mulai melakukan inisiasinya dari sekarang. Ajak berdiskusi semua generasi tersebut untuk menemukan kesepakatan bersama. SHRM, dalam studinya berjudul “Harnessing  the Power of a  Multigenerational  Workforce”, menyampaikan kalau setiap rentang usia pekerja itu pasti ada prioritasnya masing-masing dan hampir dipastikan beda-beda. Ada yang lebih prioritas ini, itu, dan lainnya. Nah, menemukan satu hal yang sama atau menyesuaikan dukungan/support agar sesuai dengan kebutuhan mereka adalah solusi yang dapat diambil. Seperti halnya yang dikatakan dalam World Economic Forum, “those who truly invest in multi-generational workforces will be best positioned to emerge as the innovators and business leaders of tomorrow.”

Jadi, apakah Anda termasuk kedalam “posisi” yang disebutkan oleh WEF? Apapun itu, segera lakukan inisiasi ini guna mengharmoniskan semua generasi pekerja Anda. Nah, untuk insight lebih lengkapnya, Anda bisa unduh deck presentasi dari event tersebut. Terima kasih dan sampai bertemu di event kami berikutnya.

Harmonizing Every Generation’s Strength with Digital Innovation

Optimalisasi Keterlibatan Karyawan dan Tingkatkan Kinerja Tim Anda dengan SAP SuccessFactors

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membentuk masa depan talenta Anda lebih baik. Temukan potensi penuh dengan SAP SuccessFactors sekarang!

Hubungi SalesDemo Gratis Sekarang

Share on:

Author

A. Alfan Alif

Categories: (2)

Events SAP SuccessFactors
To the top