culture fit test

Culture Fit Test yang Efektif Menurut Robert Walters Group

Share on:

Selama karier Anda berkecimpung di dunia recruitment, Anda, para HR, pasti pernah bertemu dengan calon kandidat yang benar-benar hebat resume-nya. Tetapi, setelah Anda cek dan tinjau ulang lebih lanjut, ternyata ada ketidakcocokan antara si calon kandidat tadi dengan budaya perusahaan. Apakah Anda akan tetap hire dia? Kemungkinan besar tidak karena ada ketidakcocokan tersebut. Kok bisa tahu kalau tidak cocok? Karena, secara tidak langsung, Anda menyematkan Culture Fit Test saat proses rekrutmen.

Apa itu Culture Fit Test? Berikut Ini Definisinya

Culture Fit Test merupakan metode yang dirancang untuk menentukan kecocokan budaya kandidat dengan perusahaannya melalui pengumpulan dan penganalisisan serangkaian data. Biasanya, data Ini bisa didapat melalui penilaian pra-kerja, kuesioner tentang kepribadian, atau pertanyaan wawancara cultural-specific. Mengumpulkan data dan mengajukan pertanyaan yang tepat merupakan kunci untuk menentukan apakah seorang kandidat itu benar-benar cocok atau tidak di perusahaan. Namun, yang dimaksud Culture Fit ini yang seperti apa indikatornya?

Culture Fit mengacu kepada seberapa selaras seorang kandidat dengan budaya perusahaan. Dengan kata lain, tujuan, value, dan misi dari kandidat harus terhubung dengan apa yang ada di value-nya perusahaan.

Meskipun, misalnya, seorang karyawan itu memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya, mereka tidak akan bekerja pada tingkat sempurna jika mereka sudah tidak cocok dengan budaya perusahaan yang ada. Inilah alasan mengapa Culture Fit sangat penting. 

Masalah berikutnya adalah, pada dasarnya, culture fit itu bisa sangat sulit untuk diukur. Mengapa? Karena ini tidak difokuskan pada tingkat kompetensi dari kandidat, melainkan berdasarkan nilai-nilai apa yang ada di internal perusahaan. Selain itu, sulit untuk memprediksi seberapa baik kandidat bisa berintegrasi ke dalam perusahaan Anda sebelum melihat bagaimana dia bekerja di situ. 

Dan, di sinilah, sebuah ujian, tes, atau assessment diperlukan. 

Contoh Sederhana Pentingnya Culture Fit Test

Pentingnya Culture Fit Test

Ada contoh skenario seperti ini. 

Apple dan Google adalah 2 raksasa teknologi dunia yang hampir semua orang tahu. Ternyata, ada perbedaan antara keduanya nih terkait culture-nya. 

Apple ini lebih cenderung menganut struktur hierarkis. Semuanya harus berurutan sesuai dengan sistem metodenya. Nah, yang seperti inilah menjadi ciri budaya dari perusahaan tersebut. Di sisi lain, Google lebih cenderung memiliki budaya yang santai dan fleksibel. Perusahaan ini lebih berfokus ke kolaborasi dan transparansi. 

Seorang calon kandidat yang lebih menyukai lingkungan kerja terstruktur mungkin merasa kewalahan dan tidak nyaman di Google, karena semuanya serba “tak berdinding”. Kalau calon kandidat ini tetap dipaksa kerja di Google, maka seiring berjalannya waktu akan ada penurunan kinerja. Namun, kandidat yang sama tadi mungkin akan bisa lebih berkembang dan menyesuaikan diri dengan lebih baik jika bergabung dengan Apple.

Hal ini kurang lebih sama dengan perbandingan antara kerja di perusahaan korporat dengan perusahaan rintisan/startup. Kalau korporat itu lebih cocok ke orang yang kaku dan taat dengan birokrasi. Sedangkan, perusahaan startup itu lebih fleksibel dan menjunjung tinggi kepraktisan. Yah, kurang lebih semacam itu.

Sayangnya, tidak mudah untuk menemukan kesamaan dua hal tersebut, budaya perusahaan dan si calon kandidat. Karena itu, sebuah Culture Fit Test penting untuk dilakukan di dalam alur proses rekrutmen. Lantas, yang terpenting lainnya adalah, apakah test ini benar-benar bermanfaat? 

Manfaat Kandidat yang Culture Fit untuk Perusahaan

Karyawan atau kandidat yang cocok dengan budaya perusahaan cenderung lebih berkomitmen, engaged, dan termotivasi di pekerjaan mereka. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang lebih baik dan peningkatan kinerja.

Sebaliknya, seseorang yang tidak cocok dengan budaya perusahaan mungkin akan merasa terasing atau terisolasi. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kinerja dan motivasi menjadi lebih rendah.

Bukan tanpa sebab, berdasarkan Whitepaper dari Robert Walters bertajuk “The Role of Workplace Culture in Recruiting Top Talent”, ada beberapa survei terkait ini.

98% employers dan 97% profesional setuju kalau culutre fit antara kedua belah pihak itu penting. Angka persentase survei ini hampir mirip sehingga ini menggambarkan kalau, memang, culture fit itu, sekali lagi, adalah hal yang penting. Selain itu, 81% tim rekrutmen percaya kalau kandidat yang secara nilai itu Culture Fit, mereka akan cenderung tidak akan resign dan mereka juga cenderung akan lebih berkinerja baik dalam pekerjaannya.

Di sisi karyawan, 64% dari mereka berpendapat kalau ketidaksesuaian budaya adalah salah satu alasan mereka membenci pekerjaannya, dan 74% karyawan juga merasa bahwa ketidaksesuaian budaya menyebabkan kurangnya motivasi dalam bekerja.

Kemudian, apa saja manfaat dari Culture Fit ini?

Manfaat Culture fit

Retensi karyawan yang lebih tinggi

Ketika karyawan mendapat predikat “culture fit” dari perusahaan, sense of belonging dan kepuasan mereka akan cenderung meningkat. Survei “Job Hiring Trends” dari Glassdoor bilang kalau 22% karyawan mengatakan bahwa budaya dan core value perusahaan adalah faktor nomor satu untuk kepuasan karyawan. Dan, karyawan yang puas akan cenderung bertahan di perusahaan.

Menghemat waktu, uang, dan sumber daya Anda

Penelitian dari Mason Group menunjukkan bahwa salah rekrut kandidat karena tidak Culture Fit dapat membuag waktu Anda hingga kurang lebiih 27 minggu. Dalam konteks sumber daya uang, Anda membuang sekitar 1,5 hingga 3,5 kali gaji tahunan karyawan. 

Lebih kohesif

Tim yang kohesif adalah tim yang memiliki nilai, keyakinan, dan gaya kerja yang  selaras, sehingga semuanya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Jelas, hal ini menghasilkan kinerja, kolaborasi, dan peningkatan moral tim yang lebih baik. 

Meminimalisir konflik

Ketika karyawan Anda memiliki budaya atau gaya komunikasi yang sama, maka komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik akan terjadi. Hal ini, tentu, akan mengurangi kemungkinan kesalahpahaman, sehingga mengurangi timbulnya konflik di antara tim Anda.

Nah, sekarang, kira-kira pertanyaan apa saja yang dapat diajukan di dalam test ini?

Contoh Pertanyaan Culture Fit Test

Test ini dapat dilakukan di dalam alur proses rekrutmen. Ini bisa dilakukan melalui wawancara, self-assessment tests, atau mungkin melalui tes psikologi. Perlu diingat, setiap perusahaan pasti punya sendiri versi Culture Fit Test-nya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan atau soal Culture Fit Test yang dapat Anda ajukan ke kandidat: 

 

  • Lingkungan kerja yang paling produktif menurut Anda yang seperti apa?
  • Apa yang membuat Anda memutuskan ingin bekerja di sini?
  • Bagaimana Anda menggambarkan value dari diri Anda?
  • Ceritakan kepada kami tentang pengalaman terbaik/terburuk Anda bekerja dengan sebuah tim?
  • Apa yang paling Anda sukai jika bekerja dalam sebuah tim?
  • Ceritakan kepada kami tentang kesalahan yang pernah Anda buat, dan apa yang Anda pelajari dari itu? 

Baiklah, lantas adakah tips terbaik dalam merancang Culture Fit Test?

8 Tips untuk Melakukan Culture Fit Test

Tips Culture Fit Test/Assessment dari Robert Walters

#1 Lebih Memahami Dulu Budaya Perusahaan Anda

Setiap “civitas” perusahaan harus paham dengan nilai-nilai, tujuan, sistem, gaya komunikasi, praktik sehari-hari, tingkat formalitas, dan ekspektasi dari perusahaannya sendiri. 

Terlepas dari apakah itu keputusan yang disengaja atau tidak, sebuah perusahaan yang established itu pasti sudah memiliki semua hal di atas. Untuk menganalisis seperti apa bentuknya, mungkin Anda dapat menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Atau, mungkin perusahaan punya cara sendiri dalam meunjukkan budayanya.

Luangkan waktu untuk membahas ini secara proaktif sehingga budaya perusahaan dapat terdefinisikan dengan baik. Pastikan, semua pemangku kepentingan ikut berpartisipasi di sini. 

#2 Bandingkan preferensi dari kandidat dengan budaya perusahaan

Anda dapat melakukannya melalui penilaian prakerja khusus atau kuesioner kepribadian. Namun, penting untuk menetapkan sebuah atau sejumlah tolok ukur hasil guna mengetahui apa yang Anda cari dalam diri kandidat.

Anda bisa coba gunakan Tes kepribadian gratis ini International Personality Item Pool untuk mengetahui kepribadian kandidat. Tes ini adalah salah satu kuesioner kepribadian yang paling terkenal. Tes ini membantu Anda mengukur seberapa cocok kandidat dengan budaya perusahaan.

Misalnya begini, budaya Anda menghargai kolektivisme, idealnya Anda mencari kandidat yang umumnya kooperatif dan memiliki mentalitas “melakukannya untuk orang lain”. Jika budaya Anda menghargai individualisme, Anda akan menginginkan kandidat yang mandiri.

#3 Berikan kandidat kesempatan untuk mempelajari perusahaan

Culture Fit Test bukan hanya tentang menemukan kandidat yang menurut perusahaan cocok. Dari sisi kandidat, merasa cocok dengan perusahaan itu juga penting. 

Salah satu caranya adalah memberi mereka gambaran yang lebih baik tentang hal ini adalah dengan memperkenalkan perusahaan. Saat onboarding, Anda coba tunjukkan sejumlah event, atau suasana kerja dari perusahaan. Tidak harus semua, cukup yang dirasa boleh diperlihatkan secara publik saja yang boleh ditunjukkan. 

Setelah itu, Anda bisa tanyakan bagaimana pendapatnya. 

#4 Hindari penilaian yang bias

Bias selalu menghantui semua keputusan subjektif. “Oh….. dia dari suku A, pasti dia…..” pendapat semacam itu biasanya akan menghasilkan bias, biasanya seperti itu. Sebisa mungkin hindari hal tersebut. Ingat, penting untuk selalu bersikap metodis dalam menilai. Jangan terlalu berpatok 100% pada perasaan dan intuisi saat melakukan assessment untuk mencegah bias. 

#5 Kembangkan dan tentukan kriteria penilaian yang jelas

Tetapkan kriteria penilaian yang jelas untuk setiap jenis culture fit test yang akan Anda gunakan. Memiliki kriteria yang spesifik akan membantu Anda mengevaluasi kandidat secara konsisten, objektif dan meminimalisir bias. Misalnya, Anda butuh posisi manajerial, tapi ternyata si kandidat cenderung tidak mau mengambil keputusan jika ada 1 orang yang tidak setuju. Anda bisa ambil poin di sini antara memasukkannya ke bagian negatif atau positif. 

#6 Beri pelatihan ke para penguji

Mereka yang terlibat dalam proses rekrutmen, terutama pewawancara dan penilai, harus terlatih dengan baik dalam melakukan penilaian Culture Fit. Pelatihan ini harus mencakup tentang pemahaman tujuan dari test ini, mengajukan pertanyaan yang tetap relevan, dan menafsirkan respons kandidat secara objektif. Pewawancara juga harus dilatih untuk menghindari bias dan diskriminasi dalam proses penilaian.

#7 Gabungkan data kualitatif dan kuantitatif

Penilaian Culture Fit Test sering kali menghasilkan data kualitatif dalam bentuk respons wawancara dan behavioural observations. Sangat penting untuk menggabungkan data kualitatif ini dengan metrik kuantitatif, seperti skor dari penilaian standar tes tulis, untuk menciptakan pandangan komprehensif tentang kecocokan budaya kandidat.

#8 Review dan evaluasi

Secara berkala, nilai efektivitas uji kecocokan budaya Anda dan buat penyesuaian yang diperlukan. Hal ini dapat didasarkan pada feedback dari karyawan, tingkat keberhasilan perekrutan terbaru, atau perubahan dalam budaya perusahaan Anda. Kecocokan budaya tidak statis dan dapat berkembang seiring waktu, jadi metode penilaian Anda harus beradaptasi juga. 

Tetap Evaluasi Keefektivitasan Culture Fit Test Anda

Proses menyiapkan dan melaksanakan culture fit test adalah salah satu langkah penting untuk memastikan perusahaan Anda dapat merekrut kandidat terbaik. Tidak hanya terbaik saja, tetapi juga yang paling sesuai dengan budaya perusahaan. Nah, karena itu, proses evaluasi terkait test ini harus secara berkala dilakukan.

Penting untuk terus memantau seberapa efektif kah proses culture fit test ini. Misalnya, bagaimana kinerja kandidat yang Anda rekrut ke dalam tim? Apakah mereka bisa berkolaborasi secara baik dan efektif? Apakah mereka merasa betah?

Kalau memang kurang membuahkan hasil, coba lakukan beberapa revisi di dalamnya. Bisa dengan memperjelas bagian company culture atau bagian lainnya. Memang tidak mudah mencari kandidat yang sesuai dengan kebutuhan, namun bukan berarti tidak sama sekali. Anda bisa menggunakan bantuan sistem rekrutmen digital yang dapat memudahkan proses rekrutmen. Manfaatkan juga berbagai job portal yang ada dan jangan lupa buat halaman web khusus rekrutmen di website perusahaan Anda guna meningkatkan kredibilitas. 

Dapatkan berbagai insights seputar bisnis, transformasi digial, HR, dan masih banyak lainnya dengan berlanggan Newsletter kami. Terima kasih dan semoga bisa membantu.

Optimalisasi Keterlibatan Karyawan dan Tingkatkan Kinerja Tim Anda dengan SAP SuccessFactors

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membentuk masa depan talenta Anda lebih baik. Temukan potensi penuh dengan SAP SuccessFactors sekarang!

Hubungi SalesDemo Gratis Sekarang

Share on:

Author

A. Alfan Alif
To the top