Mayoritas perusahaan sudah mulai memikirkan kembali terkait strategi bisnis apa yang paling sesuai untuk dilakukan di masa pasca pandemi ini. Apakah memang semua strategi bisnis yang dilakukan sebelum pandemi bisa dilakukan kembali sekarang? Kemungkinan besar tidak karena beberapa pekerja akhirnya sadar kalau teknologi memungkinkan beberapa pekerjaan untuk dilakukan di mana saja.
Dulu, di tahun 2021, Gallup pernah melakukan jajak pendapat atau survei terkait hal ini. Secara rata-rata, 52% pekerja di Amerika Serikat masih melakukan sebagian atau seluruh pekerjaannya di rumah (atau di manapun asalkan tidak di kantor). Dari persentase itu, 72% di antaranya adalah pekerja kerah putih dan 14% di antaranya adalah pekerja kerah biru. Sisanya terdiri dari pekerja freelance dan semacamnya.
Oh sebentar, tapi itu kan tahun 2021, pasti beda kalau di tahun 2022 kemarin.
Iya beda, tapi masih senada hasilnya.
Gallup melakukan survei dengan topik yang mirip lagi di bulan Agustus 2022. Di sini, 8 dari 10 pekerja di Amerika Serikat masih bertahan dengan metode kerja hybrid atau remote-nya. Lebih lanjutnya, ternyata, model kerja hybrid menjadi preferensi terbesar para pekerja ke depannya. Silakan simak diagram sederhana dari Gallup di bawah ini untuk lebih lengkapnya.
AT&T dan Incisiv pernah melakukan survei semacam ini juga. Beberapa hasil yang mereka rangkum adalah:
- Model kerja hybrid akan menjadi model kerja “default” pada tahun 2024. Diperkirakan 80% tenaga kerja ingin melakukan pekerjaan dengan model kerja hybrid ini, dan perusahaan harus merespon permintaan tersebut.
- Perlu diingat kalau tidak ada model kerja hybrid yang cocok secara universal. Setiap perusahaan harus merancang model kerja hybrid mereka sendiri agar tetap sesuai dengan operasional dan budaya mereka.
- Di sisi lain, 64% Chief Experience Officer mengaku kalau mereka masih menginginkan pekerja yang bisa bekerja di kantor atau onsite. Mereka masih terlalu khawatir terkait hilangnya pengawasan karyawan.
- Untuk memenuhi kebutuhan model kerja hybrid di masa depan, perusahaan akan diminta untuk meningkatkan infrastruktur dan teknologi mereka. Ini dilakukan supaya perusahaan tetap bisa memastikan tingkat produktivitas karyawannya.
Dengan beberapa insights di atas, kemungkinan besar, Anda akan bertanya “memangnya, teknologi sepenting itukah untuk seluruh “sendi-sendi” strategi bisnis, apa manfaatnya? Simak terus tulisan ini supaya Anda mendapatkan jawabannya.
Teknologi sebagai strategi bisnis itu apa?
Teknologi sebagai strategi bisnis merujuk kepada konsep pengimplementasian teknologi di semua bagian dari strategi bisnis Anda. Alih-alih mengimplementasi teknologi hanya dalam “silonya” sendiri di bawah perintah chief technology officer (CTO) atau chief information officer (CIO) perusahaan, teknologi itu mestinya harus menjadi komponen inti dalam semua aspek operasional bisnis.
Perlu diingat, teknologi sebagai fondasi strategi bisnis ini tidak hanya dalam konteks perusahaan berbasis teknologi ya. Semua perusahaan, lambat laun, pasti akan membutuhkan teknologi dan secara tidak langsung, teknologi sudah berubah menjadi bagian dari bisnis Anda seutuhnya. Merampingkan dan mempercepat operasional bisnis, meningkatkan fleksibilitas, dan beradaptasi dengan lebih cepat jikalau ada disrupsi atau force majeure kedepannya adalah apa yang bisa dilakukan oleh teknologi. Selain itu, Anda akan mendapatkan 5 manfaat lainnya dari implementasi teknologi sebagai fondasi strategi bisnis.
Berikut ini yang Anda dapatkan:
Manfaat Mengimplentasikan Teknologi sebagai Fondasi Strategi Bisnis Anda
#1) Lebih mudah beradaptasi dengan banyak teknologi
Banyak sekali solusi teknologi di luar sana, sayangnya, beberapa perusahaan masih berusaha untuk “membatasi” departemen IT demi menghemat biayanya katanya. Jika selalu dibatasi seperti ini, maka solusi teknologi yang dipilih pasti tidak akan bekerja optimal.
Karena itu, Anda harus menerapkan teknologi sebagai sudut pandang saat merancang strategi bisnis. Jika Anda berhasil melakukan ini, maka Anda dapat membuat pilihan teknologi dari perspektif yang lebih luas. Kemudian, kinerja teknologi yang Anda pilih pasti bisa bekerja secara optimal.
#2) Meningkatkan produktivitas karyawan
Anda mungkin sudah mengetahui bahwa teknologi dapat membantu membantu meningkatkan produktivitas dengan cara seperti memberikan data angka penjualan, ROI, dan informasi penting lainnya kepada Anda. Namun, tahukah Anda bahwa teknologi juga bisa membantu meningkatkan produktivitas dari semua karyawan Anda? Dari bot yang secara otomatis mengirimkan pengingat tentang tugas yang mepet deadline, kolaborasi anatar tim, file and document sharing, penyimpanan berbasis cloud, hingga data visual yang menampilkan progress suatu proyek, adalah sebagian kecil kemampuan dari teknologi. Intinya, menerapkan teknologi di semua bagian perusahaan Anda dapat membantu semua karyawan melakukan pekerjaan terbaik versi mereka.
#3) Tetapkan tujuan dan sasaran bisnis jangka panjang
Strategi bisnis yang solid harus mencakup serangkaian tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Tidak hanya itu, sebuah roadmap yang berisi garis waktu untuk mencapai tujuan itu juga harus ada. Menerapkan teknologi sebagai strategi bisnis Anda pasti bisa membantu Anda dalam mengerjakan perencanaan tersebut dengan lebih baik. Kemudian, dengan adanya hal ini, Anda dapat juga dapat mengantisipasi suatu disrupsi di masa depan, karena beberapa solusi teknologi menyediakan fitur semacam forecasting di analytic-nya.
#4) Meningkatkan keamanan digital
Serangan siber lewat dunia maya, saat ini, semakin marak dan semakin canggih metodenya. Memperkuat firewall, menggunakan antivirus server-grade, menggunakan perangkat lunak berstandar bisnis, dan apapun lainnya terkadang tidaklah cukup untuk membendung semua serangan siber.
Ditambah lagi, ada beberapa kejadian di mana serangan siber atau kebocoran data itu terjadi karena human error. Karena itu, sebaiknya Anda memberikan pengenalan dasar ke semua karyawan terkait keamanan siber. Demi memperlancar proses pengenalan ini, Anda sebaiknya memberikan sosialisasi terlebih dahulu terkait teknologi ini. Dengan begitu, risiko risiko human error akan benar-benar terminimalisir.
#5) Tingkatkan kolaborasi antar tim
Kolaborasi tim adalah salah satu urat nadi semua perusahaan. Jika sebuah tim tidak bisa berkolaborasi dengan baik, maka suatu workflow akan tersumbat alurnya. Karena itu, Anda memerlukan sebuah software kolaborasi yang memiliki fitur lengkap. Solusi teknologi ini bahkan bisa dibilang sebagai building block pertama dari suatu perusahaan yang mau bertransformasi digital.
Messaging, file sharing, kalender kerja, built-in video and voice call untuk meeting, project management dan berbagai fitur penunjang produktivitas lainnya bisa Anda dapatkan di sini. Jika Anda bingung harus mulai dari mana, Anda boleh reach kami untuk berdiskusi terkait semua ini. Terima kasih dan semoga bisa membantu.